Intensitas kabut asap yang semakin menebal mulai mengganggu penerbangan di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang akibat pendeknya jarak pandang.Hari ini jarak pendek di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin paling parah yang hanya 300 meter pada pukul 06.00 WIB - 07.10 WIB...
Pelaksana Tugas GM Angkasa Pura II Palembang Indra Krisna, Jumat, mengatakan sudah dua kali jadwal keberangkatan pesawat terpaksa tertunda selama satu pekan terakhir akibat jarak pandang pendek di bawah ambang batas keamanan penerbangan.
"Hari ini jarak pendek di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin paling parah yang hanya 300 meter pada pukul 06.00 WIB - 07.10 WIB, sebelumnya hari Kamis (5/9) jarak pandang juga pernah di bawah ambang batas," ujar Indra Krisna kepada Antara.
Menurut dia, jarak pandang yang aman untuk penerbangan minimal 800 - 1.000 meter. Pada kondisi di bawah batas jarak pandang maka pihak maskapai harus menunggu sampai jarak pandang normal demi keselamatan penumpang.
Berdasarkan data yang diperolehnya, ada lima jadwal pergerakan pesawat yang terpaksa tertunda hari ini, yakni tiga jadwal kedatangan dari Bandara Soekarno Hatta dan dua jadwal keberangkatan dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II.
"Penerbangan yang tertunda itu maskapai Garuda Indonesia dan maskapai Citilink dari Bandara Soekarno Hatta, sedangkan delay keberangkatan dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II itu maskapai Sriwijaya Air tujuan Pangkal Pinang serta Garuda Indonesia menuju Soekarno Hatta," jelasnya.
Sementara Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi SMB II Palembang Bambang Benny Setiaji membenarkan jarak pandang akibat kabut asap semakin pendek di Kota Palembang.
"Jarak pandang terendah saat cuaca kabut asap Kamis pagi tercatat di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang hanya 300-500 meter dengan kelembapan 95-98 persen," jelas Benny.
Intensitas kabut asap, kata dia, umumnya terjadi Pukul 04.00-07.00 WIB. Asap tersebut dimungkinkan kiriman dari wilayah SP Padang, Banyu Asin I, Pampangan, Tulung Selapan, Cengal, Pematang Panggang, Air Sugihan, Pedamaran dan Mesuji.
Tetapi setelah matahari terbit keadaan udara akan relatif labil sehingga partikel basah (kabut) maupun kering (asap) akan terangkat naik dan jarak pandang menjadi lebih baik.
"Untuk partikel kering (asap) akan tetap ada di permukaan dan menyebabkan kekeruhan udara, kondisi ini kemungkinan terus berlangsung sebab berdasarkan model prakiraan cuaca BMKG memprediksi tidak ada potensi hujan dalam rentang 13-19 September 2019 di wilayah Sumatera Selatan," kata Benny.
Baca juga: Sejumlah penerbangan di Bandara Pekanbaru tertunda, akibat kabut asap
Pewarta: Aziz Munajar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019