• Beranda
  • Berita
  • Jerebu makin parah, warga Pekanbaru serbu pengobatan gratis

Jerebu makin parah, warga Pekanbaru serbu pengobatan gratis

13 September 2019 20:05 WIB
Jerebu makin parah, warga Pekanbaru serbu pengobatan gratis
Sejumlah warga menutupi mulut dan hidungnya saat berjalan di tengah asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang makin pekat menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (13/9/2019). Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Sumatera hasil pengukuran Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) menunjukan sebagian besar daerah di Riau dalam kualitas udara dalam kategori berbahaya karena tercemar asap Karhutla. ANTARA FOTO/FB Anggoro/19.

Asap ini mengganggu sekali, nafas sesak, anak anak juga pada sakit.

Kota Pekanbaru yang diselimuti jerebu atau asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) membuat kualitas udara di ibukota provinsi Riau menurun drastis dan masyarakat mulai memeriksakan kesehatan ke pemeriksaan kesehatan gratis.

Salah satu kegiatan pemeriksaan gratis dilaksanakan oleh satuan lalu lintas Polresta Pekanbaru, Jumat. Pengobatan gratis dilakukan Satlantas Polresta Pekanbaru di Jalan Kuras, Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Senapelan, Kota Pekanbaru, Jumat.

Kasat Lantas Polresta Pekanbaru AKP Emil Eka Putra mengatakan pengobatan gratis ini selain bagian dari peringatan HUT Lalu Lintas ke-64, juga dilakukan karena situasi kabut asap yang melanda Kota Pekanbaru.

"Kabut asap menyebabkan warga mengeluhkan gangguan kesehatan, terutama pernafasan," katanya.

Untuk itu, Emil mengimbau kepada masyarakat agar melengkapi diri dengan masker saat berkendara. "Terutama pengendara motor agar lebih berhati-hati karena jarak pandang yang sangat pendek," ujarnya.

Emil menjelaskan banyak masyarakat yang memanfaatkan fasilitas pengobatan gratis tersebut, mulai dari orang tua hingga anak.

Baca juga: Asap makin tebal, polisi Pekanbaru minta pengendara nyalakan lampu

Baca juga: ISPU di Pekanbaru capai 123 berbahaya sekolah diliburkan hingga Minggu


Mayoritas mereka mengeluhkan gangguan pernafasan akibat asap yang semakin tebal menyelimuti Kota Pekanbaru.

Sapni, (56) salah satu warga kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Senapelan, yang ikut memanfaatkan pengobatan gratis ini mengatakan pengobatan gratis ini sangat membantu dirinya dan juga anaknya yang mengalami gangguan pernafasan akibat polusi kabut asap.

"Sangat membantu, karena kondisi asap ini mengganggu sekali, nafas sesak, anak anak juga pada sakit," katanya.

Kualitas udara di sebagian Pekanbaru dan sejumlah wilayah di Riau dalam kategori berbahaya akibat polusi kabut asap Karhutla. Hingga sekitar pukul 15.00 WIB Jumat sore, asap masih terlihat pekat menyelimuti Pekanbaru.

Kondisi paling parah terjadi pada pagi hari karena jarak pandang di Pekanbaru turun drastis hingga tinggal 300 meter. Hal ini sempat membuat sejumlah warga Kota Pekanbaru heboh karena asap yang pekat membuat Jembatan Siak IV tidak terlihat dari pandangan mata.

Berdasarkan data BMKG Stasiun Pekanbaru, pada Jumat pagi pukul 06.00 WIB terpantau ada 1.319 titik panas (hotspot) di Pulau Sumatera. Titik panas paling banyak di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) yakni 537 titik, kemudian Jambi 440 titik, dan Riau 239 titik panas.

Khusus di Riau, titik panas paling banyak di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) sebanyak 127 titik, Indragiri Hulu (Inhu) 31 titik, Pelalawan 30 titik, Rokan Hilir (Rohil) 18 titik, Kuansing dan Kampar masing-masing 11 titik, Bengkalis tujuh titik, Siak tiga titik dan Kota Dumai satu titik.

Dari jumlah tersebut, 177 yang dipastikan titik api. Lokasi paling banyak di Inhil dengan 98 titik. Kemudian di Inhu sebanyak 20 titik, Pelalawan 21 titik, Rohil 13 titik, Kuansing sembilan titik, Kampar delapan titik, Bengkalis enam titik, dan Siak dua titik.

Asap yang menyelimuti Pekanbaru berasal dari karhutla di daerah bagian selatan dan juga asap kiriman dari Provinsi Jambi dan Sumsel.*

Baca juga: Kabut asap karhutla naikkan biaya hidup di Pekanbaru

Baca juga: Warga mulai mengungsi, Pekanbaru menguning akibat kabut asap

Pewarta: Anggi Romadhoni
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019