Informasi yang dihimpun di Pelabuhan Liem Hie Djung Kelurahan Nunukan Barat menyebutkan, pelayaran Nunukan-Tarakan tetap berlangsung selama kabut asap kiriman menutupi jalur yang dilintasi.
"Tiap hari juga speed jalan ke Tarakan biar ada kabut asap," ujar Jamal agen tiket kapal cepat di Pelabuhan Liem Hie Djung, Sabtu.
Cara motoris kapal cepat mengantisipasi hambatan jarak pandang dengan menggunakan Global Position System (GPS).
Selain itu, kata agen tersebut bahwa, menghindari terjadinya kecelakaan di laut misalnya tabrakan adalah mengurangi kecepatan.
Ia juga membandingkan kabut asap yang melanda Kabupaten Nunukan kali ini tidak separah pada tahun 2018.
Jamal mengungkapkan, kabut asap kiriman kali ini masih bisa melihat pulau terdekat. Sementara kasus tahun sebelumnya hampir tidak bisa melihat pulau lagi.
Seorang penumpang asal Kota Tarakan bernama Cong mengaku, kabut asap yang menutupi perlintasan speedboat memang mengganggu pelayaran.
Namun jarak pandang masih lebih baik dibandingkan kejadian tahun sebelumnya. "Jarak pandang masih bagus. Tergantung kehati-hatian motoris saja," ujar dia.
Cong menuturkan, ketebalan kabut asap kali ini masih bisa tembus pandang oleh motoris atau penumpang sehingga tidak mengkhawatirkan.
Sedangkan ABK KM Cattleya bernama Jumri mengaku, sewaktu memasuki perairan Kabupaten Nunukan sempat kebingungan karena tertutup kabut asap.
"Waktu mau sampai di Nunukan kemarin pagi sempat tidak terlihat Pulai Nunukan karena kabut asap pada pagi hari," ujar dia.
Baca juga: Nunukan tertutup asap kiriman
Baca juga: Jarak pandang Bandara Syamsudin Noor hanya 50 meter
Pewarta: Rusman
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019