"Penelitian membuktikan bahwa kondisi hipoksia sistematik kronik dapat menyebabkan kerusakan pada hati, ginjal, jantung dan lambung," ujar Ari di Jakarta, Sabtu.
Dia menambahkan di dalam tubuh, keseimbangan oksigen dijaga oleh sistem kardiovaskuler dan sistem pernafasan. Hipoksia seharusnya dihindari, apalagi pada orang yang sudah mempunyai permasalahan pada pembuluh darah, baik pada pembuluh darah otak maupun pembuluh darah jantung.
Baca juga: Guru Abdurrab Islamic School Pekanbaru kolaps akibat asap Karhutla
Kadar oksigen yang rendah menyebabkan jantung akan mengalami penurunan pasokan oksigen yang berat yang dapat menyebabkan terjadinya infark atau kematian jaringan.
Begitu pula pada orang yang sudah mempunyai permasalahan pembuluh darah otak, kekurangan oksigen dapat memperburuk kondisi pasien hingga mengakibatkan pasien tidak sadarkan diri.
Meski demikian, Ari menyebut perlu menghitung berapa banyak penurunan kadar oksigen yang terjadi akibat kabut asap, yang menutupi Pekanbaru dan kota-kota lain di Tanah Air.
Baca juga: Kemensos siapkan "safe house" untuk korban asap karhutla
Di sisi lain, komponen asap akibat kebakaran hutan juga harus dianalisa sehingga dapat diprediksi dampaknya buat kesehatan. Akhirnya memang perlu penelitian lebih lanjut mengenai kandungan asap yang ada dan dampak penurunan kadar oksigen sehingga dampak pada masyarakat dapat diprediksi dan diantisipasi.
"Untuk sementara memang masyarakat dianjurkan untuk tidak terhirup asap dan mencegah untuk tidak berada di luar rumah, saat jumlah asap masih tinggi," imbuh Ari.
Baca juga: Mencoba berdamai dengan kabut asap
Pewarta: Indriani
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019