• Beranda
  • Berita
  • Perum Perindo gunakan "closed system" di area tumpahan minyak Karawang

Perum Perindo gunakan "closed system" di area tumpahan minyak Karawang

16 September 2019 14:12 WIB
Perum Perindo gunakan "closed system" di area tumpahan minyak Karawang
Direktur Utama Perum Perindo Risyanto Suanda. (ANTARA/Ade Irma Junida)

Dampak tumpahan minyak ini sekarang sudah kemana-mana, jadi kita gunakan ‘closed system’, sekarang tidak lagi memasukkan air dari laut melainkan pakai reservoir dan air tawar

Perum Perindo menggunakan “closed system” untuk menanggulangi area terdampak tumpahan minyak dari sumur YYA-1 di area Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) di pesisir pantai utara Karawang, Jawa Barat (Jabar).

BUMN perikanan itu mengelola 6 subblok atau sekitar 60 hektare tambak udang di Karawang sejak 2015.

“Dampak tumpahan minyak ini sekarang sudah kemana-mana, jadi kita gunakan ‘closed system’, sekarang tidak lagi memasukkan air dari laut melainkan pakai reservoir dan air tawar,” kata Direktur Utama Perum Perindo Risyanto Suanda di Jakarta, Senin.

Dengan sistem tersebut, perusahaan juga mengupayakan salinitas air secara teknis. Diakuinya, efektivitas teknis salinitas memang tidak sebaik dari air laut asli. Namun, hal itu dilakukan sebagai upaya mitigasi agar produksi yang sudah berjalan bisa tetap selamat.

“Kita belum tahu ini akan berdampak atau tidak ke produksi. Tapi yang penting jangan kena dulu. Jadi kita tidak masukkan air dari luar dulu,” katanya.

Risyanto menuturkan pihaknya telah berbicara dengan PT Pertamina (Persero) yang telah berupaya bergerak ceoat untuk mengatasi dampak atas kejadian tumpahan minyak tersebut.

Meski demikian, ia menyakini proses pemulihan juga kemungkinan tidak akan singkat.

“Untuk mitigasi ke depan, kita mau lihat bagaimana daya dukung lingkungan. Kalau sekarang kita mengolerasikan 6 subblok, apakah ke depan mungkin kita kurangi subbloknya, atau apakah kita kurangi kapasitasnya. Kita sedang hitung terus,” katanya.

Kendati enggan menyebut nilai kerugian yang berpotensi diperoleh akibat tumpahan minyak ONWJ, Risyanto menyebut kejadian itu memang cukup berdampak besar.

“Satu hektare misal 10 ton, maka kalau 60 hektare menjadi 600 ton. Jadi ya cukup besar (kerugiannya) karena rata-rata 1 hektare memproduksi sekitar 10 ton,” ujarnya.

Baca juga: Perum Perindo akui Vietnam pesaing berat ekspor produk perikanan

Baca juga: Perum Perindo tingkatkan pasar ekspor ikan tuna ke Jepang

Baca juga: KKP-Perindo perkuat Sistem Logistik Perikanan

 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019