• Beranda
  • Berita
  • Oposisi: Dialog yang diperantarai Norwegia dengan Maduro "berakhir"

Oposisi: Dialog yang diperantarai Norwegia dengan Maduro "berakhir"

16 September 2019 17:03 WIB
Oposisi: Dialog yang diperantarai Norwegia dengan Maduro "berakhir"
Maria Delgado (tengah), yang kehilangan ketiga anaknya akibat tindakan kekerasan, berfoto bersama para relawan yang membawa fotonya di depan wajah mereka, saat aksi protes di Caracas, Venezuela, Sabtu (28/7). Aksi protes tersebut merupakan bagian dari proyek bernama Esperanza (harapan) yang menyerukan perdamaian melalui seni. (REUTERS/Marco Bello)
Oposisi Venezuela pada Ahad (15/9) mengatakan dialog yang diperantarai Kementerian Luar Negeri Norwegia untuk menyelesaikan krisis politik di negeri itu telah berakhir, enam pekan setelah pemerintah Presiden Nicolas Maduro membekukan keikut-sertaan.

Pembicaraan tersebut, yang kebanyakan telah berlangsung di Pulau Barbados, Karibia, dimulai setelah pemimpin oposisi Juan Guaido memimpin aksi perlawanan militer yang gagal pada April melawan Maduro, yang dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan telah mengawasi keambrukan ekonomi sehingga membuat jutaan orang melarikan diri.

Wakil Maduro meninggalkan meja perundingan pada Agustus untuk memprotes pengetatan sanksi Presiden AS Donald Trump terhadap negara OPEC tersebut. Banyak pengeritik dialog itu di dalam koalisi oposisi Venezuela berpendapat Maduro berunding dengan itikad buruk dan menggunakan pembicaraan tersebut untuk mengulur waktu.

"Rezim diktator Nicolas Maduro meninggalkan proses perundingan dengan alasan palsu," kata kantor Guaido di dalam pernyataan yang diunggah di Twitter, sebagaimana dikutip Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin. "Setelah lebih dari 40 hari, saat mereka menolak untuk melanjutkan, kami mengkonfirmasi bahwa mekanisme Barbados selesai."
Baca juga: Maduro: Pembicaraan Norwegia upayakan "agenda damai" dengan opos
Kementerian Penerangan Venezuela maupun Kementerian Luar Negeri Norwegia belum menanggapi permintaan komentar.

Guaido --pemimpin Majelis Nasional, yang dikuasai oposisi-- memberlakukan undang-undang dasar Venezuela pada Januari untuk memangku jabatan presiden sementara, dengan alasan terpilihnya kembali Maduro pada 2018 tidak sah. Ia telah diakui sebagai pemimpin sah Venezuela oleh puluhan negara, termasuk Amerika Serikat.

Tapi Maduro, yang menyebut Guaido sebagai boneka AS penghasut kudeta, telah mempertahankan kekuasaan kendati terjadi kemerosotan ekonomi yang mendalam dan meningkatnya pengucilan internasional. Militer belum meninggalkan dia kendati ada seruan yang berulangkali dari oposisi agar melakukannya, dan ia mendapat dukungan Rusia serta China.

Para perunding oposisi telah mengatakan wakil Maduro tak bersedia membahas prioritas utama oposisi --yaitu penyelenggaraan pemilihan umum dalam kondisi yang adil dan jujur.

Di dalam pernyataan Ahad, yang disebutnya pesan buat "rakyat dan angkatan bersenjata", kantor Guaido mengucapkan terima kasih kepada Norwegia karena memfasilitasi proses itu tapi tidak menjelaskan langkah selanjutnya yang akan dilakukan.

"Kami harus mempersiapkan tahap baru perjuangan ini yang akan memerlukan komitmen, kekuatan, tekad, pengorbanan dan pengakuan lebih besar dari semua orang," kata pernyataan tersebut.

Sumber: Reuters
Baca juga: Presiden Venezuela takkan hadiri Sidang Majelis PBB tahun ini
Baca juga: Bantuan kemanusiaan ringankan kekurangan di ruang darurat Venezuela
Baca juga: Guaido: Tidak ada rencana terkait pembicaraan lanjutan di Norwegia
isi

Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019