Pertumbuhan ekonomi Kaltim bisa menembus tujuh persen, atau hingga 7,3 persen. Itu di atas realisasi pertumbuhan ekonomi nasional yang di kisaran lima persen saat ini
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro memperkirakan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur (Kaltim) bakal melonjak hingga 7,3 persen sejalan dengan dimulainya pembangunan fisik ibu kota baru di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kertanegara.
Dalam sebuah diskusi di Jakarta, Senin, Bambang mengatakan pembangunan fisik ibu kota tersebut akan turut menyumbang andil terhadap pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 0,6 persen.
Pasalnya, saat pembangunan fisik ibu kota baru, Kaltim akan menjadi sasaran investasi langsung yang akan memicu penciptaan lapangan kerja, mendorong ekspansi dunia usaha dan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.
"Pertumbuhan ekonomi Kaltim bisa menembus tujuh persen, atau hingga 7,3 persen. Itu di atas realisasi pertumbuhan ekonomi nasional yang di kisaran lima persen saat ini," ujar Bambang.
Berdasarkan jangka waktu proses pemindahan Ibu Kota yang dipaparkan Bappenas, proses konstruksi ibu kota baru di Kutai Kartanegara dan Penajam akan dimulai pada 2021 saat Proyek Perencanaaan Fisik (Detail Engineering Design) telah disusun, dan dilanjutkan dengan pemancangan tiang pertama (ground breaking) pembangunan fisik Ibu Kota baru.
Lalu pembangunan konstruksi pada 2022 akan berlanjut dengan pembangunan kawasan inti pusat pemerintahan. Selanjutnya pada 2023 proses pemindahan Ibu Kota akan dimulai.
Bahkan, jika melihat dalam jangka panjang setelah pembangunan ibu kota baru rampung, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur (Kaltim) bisa berada di rentang 6,8 persen - 7,6 persen.
Salah satu penyumbang pertumbuhan ekonomi di Kaltim itu, ujar Bambang, adalah investasi infrastruktur yang akan meningkat. Secara keseluruhan untuk Investasi riil di Kaltim, Bappenas memperkirakan investasi riil akan bertumbuh hingga 47,7 persen. Saat investasi di Kaltim melonjak, maka kontraktor di provinsi tersebut akan membutuhkan pasokan bahan baku lebih banyak lagi.
"Maka pembangunan ibu kota baru di Kaltim akan turut meningkatkan produksi dan perdagangan barang dari DKI Jakarta, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah," ujar mantan menteri keuangan itu.
Dari segi tenaga kerja, kajian Bappenas menyebutkan terdapat potensi pertumbuhan lapangan kerja hingga 10,5 persen di Pulau Kalimantan. Bahkan, menurut Bambang, untuk setiap pekerjaan konstruksi senilai Rp1 triliun, akan ada penyerapan 14.000 tenaga kerja. Adapun total kebutuhan investasi pembangunan Ibu Kota baru mencapai Rp466 triliun.
Bappenas mengharapkan pemindahan ibu kota akan mengurangi ketimpangan dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
"Secara jangka pendek, ini menjadi upaya 'counter cylical' untuk meredam efek negatif perlambatan ekonomi global terhadap Indonesia," ujarnya.
Baca juga: Bappenas sebut risiko karhutla paling kecil di ibu kota baru
Baca juga: KLHK susun kajian lingkungan hidup strategis calon ibu kota negara
Baca juga: Kementerian PUPR gelar sayembara desain ibu kota negara
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019