Penanam Modal Asing (PMA) asal China menanamkan modalnya senilai Rp300 miliar untuk membangun pabrik besi di Kota Batam, Kepulauan Riau.Sedikit pun kami terima
"Total investasi kami Rp300 miliar dalam dua tahap, tahap I sebesar Rp150 miliar dan tahap II Rp50 miliar," kata Direktur PT Sempurna Wahyu Metalindo, Kerri Wahyudi Gautama di Batam, Selasa.
Pabrik industri penggilingan baja yang dibangun di lahan seluas 2,5 hektare itu akan menyerap sekitar 300 orang tenaga kerja.
Pabrik itu akan mengolah besi bekas yang menumpuk di Batam menjadi berbagai macam besi. Pada tahap I akan diproduksi besi ulir, dan tahap berikutnya berbagai macam besi lainnya, seperti besi siku.
Kerri mengataka dengan menggunakan mesin buatan China, pabriknya bisa memproduksi 15.000 ton besi setiap bulan.
"Untuk mengisi kebutuhan Batam sekitar 7.000 ton setiap bulan, selebihnya untuk kebutuhan daerah lain seperti Tanjung Pinang dan Karimun. Kemudian lainnya diekspor," kata Kerri.
Harga besi yang diproduksinya pun relatif lebih murah dibanding harga di pasar kini, karena diproduksi langsung di dalam negeri, dengan menggunakan bahan baku yang ada di Batam.
Menurut dia, pembuatan besi di Batam sangat tepat, karena kebutuhan bahan baku bangunan itu sangat besar, dan belum ada pabrik serupa di kota industri itu.
Selama ini, kebutuhan besi Batam didatangkan dari Singapura atau daerah lain di Indonesia, sehingga harganya pun mahal.
Padahal bahan baku besi tua di Batam sangat banyak, dari sisa-sisa perusahaan galangan kapal dan industri berat lainnya di Batam.
Selama ini, kata dia, pengumpul besi tua harus mengeluarkan ongkos besar menyewa gudang untuk menumpuk besi tua dan mengirimnya ke luar Batam.
Dengan adanya pabrik itu di Batam, maka, pengumpul tidak perlu menyewa gudang, melainkan langsung menjualnya ke pabrik dengan harga bersaing.
"Sedikit pun kami terima," kata dia.
Proses produksi besi bekaa menjadi siap pakai di pabrik itu relatif singkat. Hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit, mulai dari besi masuk ke tungku hingga jadi.
Rencananya, pabrik dengan teknologi tinggi itu akan mulai berproduksi pada Januari 2020.
Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019