• Beranda
  • Berita
  • Jarak kehamilan terlalu dekat bisa sebabkan anak kleptomania-sombong

Jarak kehamilan terlalu dekat bisa sebabkan anak kleptomania-sombong

17 September 2019 14:37 WIB
Jarak kehamilan terlalu dekat bisa sebabkan anak kleptomania-sombong
Kepala BKKBN saat mengunjungi Puskesmas Sambung Macan Sragen Jawa Tengah, Selasa (17/9/2019). (ANTARA/Aditya Ramadhan)

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Hasto Wardoyo mengungkapkan jarak kehamilan antara anak satu dengan lainnya yang terlalu dekat bisa menyebabkan anak mengalami gangguan mental emosional seperti kleptomania dan sombong.

Hasto dalam kunjungan kerjanya ke Sragen Jawa Tengah, Selasa, menyampaikan hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional di Indonesia 8,1 persen salah satu faktornya dikarenakan jarak kehamilan terlalu dekat.

"Tiap 100 orang di Indonesia, gara-gara hamilnya jaraknya dekat, delapan orang anaknya agak error sedikit karena gangguan mental emosional," kata Hasto.

Dia menjelaskan beberapa contoh dari gangguan mental emosional yang bisa terjadi adalah kleptomania, megalomania, anxiety, dan kelainan seksual voyeurisme.

Baca juga: Kepala BKKBN: Al Quran anjurkan jarak kehamilan 30 bulan

Baca juga: Kepala BKKBN sosialisasi kesehatan reproduksi bareng pengajian Cak Nun


Kleptomania adalah kondisi di mana seseorang senang mengambil barang orang lain dan dilakukan secara terus berulang.

Sementara megalomania atau juga disebut gangguan narsistik personal membuat seseorang sering membicarakan kehebatan-kehebatan dirinya pada orang lain. "Kalau cerita tentang dirinya, dirinya paling benar sendiri. Semua diceritakan pada orang lain bahwa dirinya paling hebat," kata Hasto.

Anxiety adalah sifat cemas yang sering dialami oleh seseorang di berbagai kondisi. Hasto menyebut orang dengan gangguan kecemasan sulit untuk maju karena sering berprasangka.

Selanjutnya voyeurisme adalah kelainan seksual yang mendorong seseorang senang mengintip orang lain saat sedang mandi, menanggalkan pakaian, atau melakukan kegiatan seksual. Orang dengan voyeurisme merasa terpuaskan hasrat seksualnya hanya dengan mengintip.

Hasto mengatakan gangguan mental emosional bisa disebut sebagai gangguan jiwa ringan. Oleh karena itu Hasto menyampaikan pentingnya menjaga usia kehamilan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

"Untuk menghasilkan produk manusia unggul dipengaruhi dari jarak kehamilan satu dengan yang lain," kata Hasto.*

Baca juga: Kepala BKKBN tanggapi usia nikah 19 tahun yang ditetapkan DPR

Baca juga: Kepala BKKBN pangkas kegiatan-perjalanan dinas tidak penting

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019