"Kalau memang lama kita akan melihat kondisinya, nanti akan saya segera rapatkan kemungkinan untuk menyiapkan ruang belajar bebas asap," ungkap Mendikbud Muhadjir Effendy ketika ditemui awak media di Perpustakaan Kemendikbud, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa.
Menurut Mendikbud, mempersiapkan ruang kelas itu akan menggunakan teknologi sederhana yang sudah digunakan sebelumnya saat kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) terjadi pada 2015.
Baca juga: Disdik: Guru fokuskan kegiatan di ruangan sikapi asap karhutla
Teknologi itu merupakan hasil kerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan tidak memerlukan waktu lama untuk menyiapkannya, hanya sekitar dua hingga tiga hari, menurut Mendikbud Muhadjir.
Pemberlakuan kebijakan itu sendiri akan mempertimbangkan seberapa lama kabut asap akibat Karhutla akan terjadi, jika hanya sepekan rencana itu tidak akan dilaksanakan.
Ruang kelas bebas asap sendiri, menurutnya, akan menggunakan penyaring di jendela serta ruangan belajar akan dipasang kipas exhaust untuk mengatur sirkulasi udara.
Baca juga: Dharmasraya liburkan sekolah karena kualitas udara memburuk
Rencananya di dalam ruangan kelas bebas asap ditempatkan akuarium untuk menjaga kelembaban dan untuk menjaga agar pergantian produksi oksigen berjalan dengan baik.
Selain itu bisa juga ditaruh tanaman-tanaman interior yang bisa memproduksi oksigen di ruang kelas.
"Terutama yang akan kita prioritaskan mungkin adalah SMK karena butuh ruang praktik yang tidak mungkin di rumah," ungkap Mendikbud.
Baca juga: Pemkot Pontianak belum bisa pastikan akhir libur sekolah
Akibat kabut asap Karhutla yang pekat, beberapa sekolah di area terdampak di Kalimantan dan Sumatera telah meliburkan siswanya karena kepekatan asap yang tidak menyehatkan.
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019