"Jika dibandingkan dengan aksi di New York, mungkin tidak akan sebanyak itu. Namun setidaknya sudah ada anak-anak muda dari 12 kota dan masih akan bertambah, yang menyatakan bergabung turun ke jalan," kata salah satu penggagas aksi "Jeda untuk Iklim", Alexandra Karyn, di Jakarta, Rabu.
Di Jakarta, seribu lebih pelajar, mahasiswa, dan orang dewasa yang mengambil cuti kerja sudah mendaftar secara daring di situs globalclimatestrike untuk mengikuti aksi iklim dengan berjalan dari Masjid Cut Mutia menuju Balai Kota DKI Jakarta lalu bergerak ke titik akhir Taman Aspirasi.
Lewat aksi iklim yang akan 100 persen menggunakan energi bersih itu, menurut Karyn, anak-anak muda akan menyampaikan pesan kepada pemerintah agar menghentikan cara-cara biasa (Business as Usual/ BAU) dalam menurunkan emisi gas rumah kaca mengingat menurut perhitungan para ilmuwan sebelas tahun ke depan Bumi sudah akan mencapai climate tipping point, titik kritis iklim.
"Kita akan coba untuk diskusi dengan Gubernur Anies Baswedan, ingin tahu komitmen dia seperti apa," ujar Karyn, pengajar di sekolah seni Erudio Indonesia.
Seharusnya, menurut Karyn, pemimpin daerah ikut ambil bagian dalam deklarasi darurat iklim serta membuat kebijakan yang lebih ambisius guna mengurangi emisi gas rumah kaca, pemicu perubahan iklim.
Baca juga: GGGI: Komitmen kementerian-pemprov kunci kendalikan perubahan iklim
Mahasiswa yang tergabung dalam komunitas Climate Rangers Jakarta, Novita Indri, berharap akan banyak yang ikut dalam aksi iklim yang digelar tiga hari menjelang Sidang Umum PBB untuk Perubahan Iklim di New York tersebut.
"Semakin banyak massa yang datang akan semakin bagus," ujar dia.
Dalam setahun terakhir, menurut dia, sudah ada upaya untuk mengangkat isu energi bersih guna mengendalikan perubahan iklim.
Namun ternyata kesenjangan informasi mengenai perubahan iklim dalam masyarakat masih tinggi, karena itu komunitas peduli lingkungan berusaha mendorong pemerintah menggencarkan sosialisasi mengenai perubahan iklim dan dampaknya.
Para aktivis menyiapkan berbagai kegiatan untuk aksi iklim di Taman Aspirasi, mulai dari menyediakan panggung ekspresi, mendatangkan para influencer, sampai menghadirkan para santri dari berbagai daerah.
Kegiatan serupa akan dilakukan di Aceh, Medan, Bengkulu, Pekanbaru, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Bali, Palangkaraya, Kupang, Makassar, Palu, dan Palembang.
Greta Thunberg, aktivis lingkungan berusia 16 tahun, menginisiasi penyelenggaraan Global Climate Strike pada 20 sampai 27 September 2019. Menurut catatan 350.org, aksi iklim itu akan dilakukan di 137 negara dan meliputi total 4.500 kegiatan.
Di kawasan Asia Pasifik, jumlah peserta yang mendaftar paling banyak di Indonesia dan Filipina. Aksi iklim global di Filipina juga akan diikuti sekitar 200 perusahaan, termasuk bank, yang akan menutup operasi setengah hari untuk mendukung kegiatan tersebut.
"Di Indonesia, kita ingin ajak pebisnis untuk ikut juga mendukung Global Climate Strike," kata Tamara, pegiat lingkungan dari 350.org.
Baca juga:
Menteri LHK usulkan mangrove dibawa ke KTT Aksi Iklim PBB
Pemerintah tinjau ulang rencana adaptasi perubahan iklim
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019