"Dalam konteks teknologi digital, guru-guru kita itu one step behind the students. Guru-guru kita malah tertinggal dari siswa," katanya dalam konferensi pers usai acara International Conference: Embedding Artificial Intelligence (AI) in Education Policy and Practice for Southeast Asia yang digelar di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Mendikbud luncurkan digitalisasi sekolah di Natuna
Dalam penguasaan teknologi, guru, kata dia, termasuk golongan digital migrant, orang yang baru belajar dalam teknologi digital.
Sementara siswa mereka menjadi digital native, generasi yang seolah dengan sendirinya bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
"Anak yang belum bisa membaca pun bisa mengoperasikan handphone. Anak-anak balita saat ini sudah bisa main HP, bahkan bisa download sendiri," katanya.
Oleh karena itu, guru, menurut dia, harus bisa memperpendek kesenjangan dalam penguasaan teknologi.
"Caranya? Mau tidak mau guru perlu sedapat mungkin masuk ke dunia anak. Jangan paksa anak-anak untuk masuk ke dunia guru," jelasnya.
Guru, kata dia, perlu memiliki visi yang jauh lebih maju dibandingkan siswa mereka sehingga dalam penguasaan teknologi.
"Jadi mereka perlu terbuka dengan teknologi. Bukan takut dengan teknologi. Apalagi menghindari teknologi," ujarnya.
Baca juga: Kemendikbud mulai digitalisasi sekolah dari daerah 3T
Baca juga: Mendikbud harap digitalisasi sekolah bisa atasi kesenjangan pendidikan
Baca juga: Kemendikbud seriusi pemanfaatan kecerdasan buatan majukan pendidikan
Pewarta: Katriana
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019