Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menilai penanganan tumpahan minyak di perairan Karawang, Jawa Barat yang dilakukan Pertamina selama dua bulan ini sesuai dengan standar industri migas di berbagai belahan dunia.Sudah tepat, sesuai dengan SOP (standart operational procedure) global
"Sudah tepat, sesuai dengan SOP (standart operational procedure) global,” kata Komaidi di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Tumpahan minyak, SKK Migas permudah impor barang
Baca juga: Pertamina terus mendata warga terdampak tumpahan minyak Karawang
Menurut dia, sudah seharusnya Pertamina melakukan penanganan berlapis seperti saat ini, yakni tidak hanya berusaha menutup sumur YYA-1 yang menjadi pusat kebocoran, namun juga membuat barikade agar tumpahan minyak tidak meluas, yang antara lain dilakukan melalui barikade oil boom.
Selain itu, lanjutnya, juga berusaha membersihkan ceceran minyak yang terbawa ombak hingga ke pantai. Termasuk di antaranya, melalui upaya pemberdayaan yang dilakukan kepada nelayan.
“Yang dilakukan Pertamina sudah proaktif, baik aspek teknis maupun aspek demografis dengan menata masyarakat itu sendiri,” ujarnya melalui keterangan tertulis.
Terkait SOP global juga, Komaidi menegaskan bahwa penanganan memang harus dilakukan dengan segera, termasuk melakukan evakuasi jika memang diperlukan.
Baca juga: Pertamina tingkatkan pelayanan kesehatan di wilayah terdampak Karawang
Pertamina, lanjut dia, sudah melakukan semua itu. BUMN tersebut dinilai sigap bertindak, termasuk melakukan evakuasi atau relokasi bagi warga yang terdampak.
Komaidi menyatakan tidak sependapat jika saat ini dilakukan investigasi dan pembukaan data, karena yang harus dilakukan adalah menyelesaikan persoalan darurat terlebih dahulu, yaitu menutup kebocoran.
Kalaupun terdapat konsekuensi lain, imbuhnya, bisa dilakukan setelah proses-proses yang mendesak selesai dilakukan.
Menurut dia, jika investigasi dilakukan paralel, dikhawatirkan malah tidak optimal, baik untuk investigasnya maupun proses penanganan kebocoran yang sekarang sedang dilakukan.
Begitu juga terkait data, lanjutnya, benar bahwa hak pubik untuk meminta, tetapi dalam konteks ini, perlu waktu dan tidak harus sekarang karena dikhawatirkan tidak menyelesaikan masalah.
Baca juga: Pertamina-Polairud pantau pembersihan minyak di Kepulauan Seribu
Hingga saat ini, Pertamina terus fokus menangani tumpahan minyak. Untuk menutup sumur YYA-1 yang bocor, BUMN tersebut melakukan pengeboran miring (relief well) di dekat sumur tadi.
Pengeboran relief well dilakukan, untuk mencapai sumur YYA-1 sebagai target. Dan sampai saat ini, proses pengeboran sudah mencapai kedalaman 8.900 kaki dari target 9 ribu kaki.
“Kecepatan pengeboran juga sesuai standar. Upaya ini juga istimewa, karena di dasar laut. Pertamina tidak membiarkan berlarut-larut, karena memang terdapat risikonya ke ekosistem laut,” kata Komaidi.
Baca juga: Pertamina: Penutupan sumber tumpahan minyak selesai September
Pewarta: Subagyo
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019