Peneliti dan pengamat politik Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes menilai Partai Golkar perlu memproyeksikan bibit bibit pemimpin masa depan berkarakter urban, guna dapat bersaing pada Pemilihan Presiden 2024.membibit tokoh atau pemimpin yang punya karakter urban
"Menurut saya, Golkar perlu menginisiasi suatu kebijakan untuk menyelesaikan masalah masalah urban dan membibit tokoh atau pemimpin yang punya karakter urban," ujar Arya di Jakarta, Kamis.
Arya mengatakan Golkar saat ini tidak memiliki kader berkarakter urban, layaknya partai-partai besar lain, seperti Ganjar Pranowo dan Tri Risma Harini di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, ataupun Khofifah Indar Parawansa di Partai Kebangkitan Bangsa.
Baca juga: Presiden Jokowi ingin pemilihan Ketum Golkar berlangsung demokratis
Menurut dia, tokoh-tokoh berkarakter urban akan bersaing pada kontestasi Pilpres 2024. Jika Golkar tidak segera bergerak cepat mendapatkan pemimpin berkarakter urban yang populer, Arya memprediksi partai berlambang pohon beringin itu tidak akan bisa berbuat banyak pada pilpres yang akan datang.
"Golkar harus cari bibit, di kepala daerah atau legislatif yang populer yang punya inovasi untuk diorbitkan pada level nasional," kata Arya.
"Kalau situasi Golkar tidak berubah, tidak mencermati perubahan politik di tingkat urban, saya kira Golkar akan susah untuk bisa survive," sambung dia.
Lebih lanjut Arya mengatakan selain dari internal, Golkar juga bisa mencari pemimpin berkarakter urban dari kalangan eksternal.
Dia meyakini bila Golkar berhasil mendapatkan sosok pemimpin tersebut, perolehan suara partai pada Pemilu 2024 akan terkatrol naik.
"Kalau modal kader Golkar yang bagus dan ditopang dengan kepemimpinan calon presiden yang kuat, menurut saya Golkar bisa tembus (prosentase perolehan suara) di angka 15 persen," kata dia.
"Kalau kondisinya seperti ini, tidak ada pemimpin populer, 2024 akan sama saja perolehannya di angka 10-12 persen," ujar Arya melanjutkan.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai ketiadaan sosok pemimpin berkarakter urban di tubuh Golkar telah terjadi sejak zaman kepemimpinan Soeharto.
Menurut dia, pada era tersebut sosok yang diproyeksikan akan menjadi kader besar, ditunjuk langsung oleh Soeharto, yang saat itu menjabat sebagai Presiden ke-2 Indonesia.
Baca juga: ARB: 2024 Golkar harus punya calon sendiri
Dia kemudian menyebut nama-nama seperti Akbar Tandjung dan BJ Habibie, yang pada era kepemimpinan Soeharto memperoleh jabatan menteri. Keduanya kemudian sukses menjadi tokoh nasional dari Partai Golkar.
"Jadi Soeharto meninabobokkan Golkar dan Soeharto memilih siapa siapa saja yang ingin dia besarkan. Sehingga hari ini semua tokohnya sama, karena tidak ada lagi yang menonjol, siapa yang harus menjadi besar?" ujar dia.
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019