Perlu untuk menjelaskan siapa yang menggagas konflik tersebut, kata Ibrahim Kalin kepada wartawan di Berlin, Jerman, setelah pertemuan mengenai krisis Libya.
Ia tiba di ibu kota Jerman pada Rabu pagi atas undangan Kanselir Jerman Angela Merkel.
Baca juga: PBB akan selenggarakan konferensi Libya sesuai rencana
Libya tetap dirongrong kerusuhan sejak 2011, ketika penguasa lama Muammar Gaddafi digulingkan dan dibunuh dalam aksi perlawanan dukungan NATO setelah empat dasawarsa berkuasa.
Negara yang kaya akan minyak tersebut sejak itu menyaksikan dua pusat pemerintahan yang bersaing: satu di bagian timur, tempat jenderal pengkhianat Khalifa Haftar berafiliasi, dan satu lagi GNA --yang berpusat di Tripoli dan mendapat pengaduan PBB.
Pasukan Haftar melancarkan serangan pada April untuk merebut Tripoli dari GNA, yang diakui masyarakat internasional di Libya.
Bentrokan antara kedua pihak sejak itu telah menewaskan lebih dari 1.000 orang dan melukai tak kurang dari 5.500 orang lagi, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Pertemuan Rabu dihadiri oleh kelima anggota tetap (P5) Dewan Keamanan PBB, Turki, Jerman, Italia, Mesir, Uni Emirat Arab dan Liga Arab serta Ghassan Salame --Wakil Khusus PBB untuk Libya.
"Turki mendukung proses politik yang difasilitasi PBB ... Penyelesaian politik mungkin dan perlu dengan keikut-sertaan semua pelaku terkait di Libya," kata pejabat Turki tersebut, sebagaimana dikutip Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan akan mengadakan pembicaraan mengenai krisis Libya selama Sidang Majelis Umum PBB di New York, tambah Kalin.
Kalin menggaris-bawahi bahwa gencatan senjata harus diumumkan, dilaksanakan dan dipantau sesegera mungkin di negeri itu.
Sumber: Anadolu Agency
Baca juga: Menlu Turki tekankan dialog untuk selesaikan konflik Libya
Baca juga: DK PBB desak gencatan senjata segera di Libya
Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019