"Selama jantung sehat, enggak ada kelainan jantung, ada variasi tekanan darah. Pagi atau siang, selama variasi itu tidak lebih dari 140 mmHg," ujar Anggota Dewan InaSH dr Yuda Turana, SpS(K) dalam seminar media yang diselenggarakan Omron Healthcare Indonesia di Jakarta, Kamis.
Menurut dokter yang juga mengajar di FKIK UNIKA Atma Jaya, Jakarta itu saat malam seringkali tekanan darah berada pada angka 120/70 mmHg atau sistolik 110 mmHg karena kondisi tubuh yang rileks. Lalu pada pagi hari tiba-tiba tekanan darah naik ke angka 135/85 mmHg.
"Tetapi kalau saat tidur rileks, besok pagi tekanan darah jadi 160 mmHg ini harus hati-hati. Tetapi kalau tadinya 110 mmHg, 130 atau 135 mmHg variasinya itu bagian dari variasi yang kita sebut normal," kata dia.
Serangan fajar atau morning surge terjadi saat tekanan darah sistolik lebih dari seharusnya yakni, 135 mmHg atau 140 mmHg. Kondisi ini bisa berakibat buruk pada organ tubuh yang memiliki pembuluh darah, termasuk ginjal.
Agar hal ini tak terjadi, Yuda menyarankan terutama para penderita hipertensi memeriksakan tekanan darahnya rutin pada pagi dan malam hari di rumah selain juga di klinik. Pemeriksaan di rumah bisa membantu mendeteksi hipertensi terselubung dan hipertensi jas putih.
Di Indonesia, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018 menunjukkan prevalensi hipertensi sebesar 34,1 persen dari populasi orang dewasa dan menjadi penyebab utama gagal ginjal yang harus menjalani cuci darah.
Baca juga: Alasan hipertensi dan diabetes bisa turunkan fungsi otak
Baca juga: Kendalikan hipertensi dengan jaga berat badan dan patuhi pengobatan
Baca juga: Hindari kafein berlebih untuk cegah tekanan darah tinggi
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019