"Kebakaran terjadi sejak Selasa (17/9) dan kobaran api bisa dipadamkan pada keesokan harinya pada Rabu (18/9), namun hari ini dikabarkan muncul titik api lagi," kata Kepala Bidang Kesiapsiagaan, Kedaruratan, dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang Wawan Hadi Siswoyo di Lumajang, Kamis.
Ia mengatakan BPBD Lumajang bersama relawan membantu petugas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) untuk memadamkan api yang membakar kawasan hutan di lereng gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut.
"Pemadaman dilakukan secara manual karena lokasinya berada di bawah puncak Semeru (Mahameru) dan petugas juga meminta pendaki yang berada di sekitar lokasi kebakaran untuk segera turun," tuturnya.
Wawan mengatakan BPBD Lumajang hanya membantu proses pemadaman dan membuat kajian dampak bencana di lereng Gunung Semeru karena semuanya tergantung dari pemangku kepentingan yang dalam hal ini adalah Balai Besar TNBTS.
Sementara pihak Balai Besar TNBTS juga menerbitkan pengumuman resmi terkait dengan batas pendakian di jalur pendakian Gunung Semeru pascakebakaran dan dibatasi hingga Ranu Kumbolo saja, sehingga pendaki dilarang melakukan pendakian hingga Kalimati dan Mahameru.
Pengumuman resmi tersebut menindaklanjuti laporan Kepala Bidang PTN Wilayah II yang menyampaikan terjadi kebakaran di jalur pendakian Gunung Semeru di lokasi Sumber Mani - Arcopodo - Kelik pada 17 September 2019.
Untuk keamanan pendakian, maka diumumkan kepada seluruh pihak yang berkepentingan sejak 19 September 2019 bahwa jalur pendakian tetap dibuka dengan rekomendasi tidak melakukan pendakian hingga Kalimati atau puncak Semeru, kemudian batas aman pendakian dibatasi hingga Ranu Kumbolo saja.
Semeru merupakan gunung aktif dan sering menjadi lokasi pendakian yang memiliki ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl).
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019