Pemerintah Kabupaten Mimika membentuk empat tim melibatkan TNI, Polri serta Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) untuk mengunjungi pelajar dan mahasiswa asal wilayah itu yang tengah menimba ilmu di luar Papua.Jangan sampai ada yang sudah bertahun-tahun kuliah tapi tidak selesai-selesai dan tetap menerima bantuan pendidikan
Wakil Bupati Mimika Johannes Rettob di Timika, Jumat, mengatakan kunjungan dibagi pada empat zona yaitu Sulawesi mencakup Yayasan Lokon di Sulawesi Utara dan Makassar, Surabaya dan Malang, Yogyakarta dan Semarang serta Jakarta dan Bandung.
Baca juga: Mahasiswa Papua-Papua Barat Jabodetabek ajak kembali lanjutkan studi
"Kami dari Pemkab Mimika tidak menginginkan anak-anak yang sementara belajar dan kuliah di luar Papua harus pulang ke Timika. Kami ingin mereka tetap bertahan di kota studinya, namun ternyata ada banyak yang kembali ke Timika dengan alasan mereka mengalami intimidasi," kata Johannes.
Dalam pertemuan beberapa waktu lalu dengan orang tua murid dan para pelajar serta mahasiswa yang kembali ke Timika, para pelajar dan mahasiswa tersebut tidak mampu menjelaskan secara detil bentuk diskriminasi yang mereka alami di kota studinya.
Baca juga: Pemprov Papua diminta cari solusi terkait pulangnya mahasiswa
"Kunjungan ini dimaksudkan untuk mencari tahu apakah benar mereka mengalami intimidasi, kalau memang ada intimidasi bentuknya seperti apa. Tentu pemerintah dan aparat penegak hukum tidak akan membiarkan itu terjadi," ujar dia.
Kunjungan ini, lanjut dia, sekaligus untuk menginventarisasi berapa banyak pelajar dan mahasiswa Mimika yang sedang bersekolah di luar Papua.
Baca juga: Kepala daerah se-Papua Barat berkumpul bahas isu kepulangan mahasiswa
"Jangan sampai ada yang sudah bertahun-tahun kuliah tapi tidak selesai-selesai dan tetap menerima bantuan pendidikan," kata Johannes.
Pemkab Mimika, katanya, akan meminta jaminan keamanan kepada para pelajar dan mahasiswa yang tengah studi di luar Papua dari pemerintah daerah bersama jajaran TNI-Polri di kota studi masing-masing.
Selain itu, Pemkab Mimika bersama jajaran Forkompimda setempat masih mencari motode yang tepat bagaimana tempat penginapan para pelajar dan mahasiswa asal Mimika mengingat selama ini mereka tidak berbaur dengan warga dari daerah lain (homogen), bahkan untuk pria dan wanita menempati gedung asrama atau rumah sewa yang sama.
Sejauh ini baru 15 pelajar dan mahasiswa asal Mimika yang telah kembali ke kota studi mereka setelah sempat eksodus ke Timika beberapa waktu lalu.
Kapolres Mimika AKBP Agung Marlianto mengatakan berdasarkan penelusuran yang dilakukan jajarannya, para pelajar dan mahasiswa Papua tidak pernah mengalami intimidasi oleh pihak eksternal, tetapi justru intimidasi itu dilakukan oleh para senior mereka yang telah terpapar ideologi KNPB dan UMLWP.
"Senior-senior mereka sendiri yang merupakan simpatisan KNPB dan UMLWP yang mengintimidasi junior-juniornya untuk pulang ke Papua lalu mendirikan tenda-tenda untuk menarik perhatian publik, mengumpulkan massa lalu membuat kekacauan. Kami sudah tahu rencana dari aktor-aktor tersebut dan betul-betul kami kawal. Kalau mereka mau menyampaikan aspirasi, kami akan fasilitasi untuk melakukan dialog dengan pihak-pihak yang punya otoritas untuk itu," kata AKBP Agung.
Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019