"Dari pantauan satelit Aqua Terra dapat kita lihat kejadian kebakaran lahan sangat sering terjadi di wilayah NTT. Kebakaran lahan ini sering terjadi akibat dari proses pembukaan lahan baru untuk kegiatan pertanian," kata Kepala Stasiun Meteorologi El Tari, Agung Sudiono Abadi kepada Antara di Kupang, Senin.
Dalam hubungan dengan itu, dia mengimbau masyarakat yang melakukan kegiatan pembakaran lahan untuk pertanian agar lebih berhat-hati.
Baca juga: BMKG sebut 16 titik panas di Kabupaten Kupang
Baca juga: Waspadai karhutla di delapan kabupaten di NTT
Artinya, pergerakan api harus terus dipantau sehingga tidak merambat ke pemukiman penduduk yang dapat menimbulkan kerugian yang lebih besar, katanya.
Ia mengatakan, kasus kebakaran lahan di Kabupaten Sumba Timur yang merambat ke pemukiman penduduk, harus menjadi pelajaran bagi kita semua untuk lebih berhati-hati membakar lahan pada musim kering saat ini.
Berdasarkan catatan, pada awal September ini telah terjadi tiga kali kebakaran hutan yakni kebakaran hutan di pengundungan Molo Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), yang menghanguskan lahan sepanjang sekitar delapan kilometer.
Kebakaran lahan di Kabupaten Sumba Timur yang menghanguskan tiga rumah penduduk dan terakhir kebakaran di Gunung Ile Mandiri di Kabupaten Flores Timur.
"Jadi masyarakat NTT yang melakukan kegiatan pembakaran lahan agar berhati hati dalam proses pembakaran lahan, dan selalu dipantau pergerakan api agar tidak merambat ke pemukiman warga sehingga menimbulkan kerugian yang tidak diharapkan," katanya.
Baca juga: BMKG catat 9 titik panas di NTT
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019