"Kami perkirakan ada unsur kesengajaan yang dilakukan oknum tertentu atau warga karena setelah terjadi kebakaran lahan yang terbakar tersebut dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu," kata Kepala Seksi Penanggulangan Kebakaran Pemkab Bangka Barat, Febriansyah di Mentok, Senin.
Indikasi adanya unsur kesengajaan dalam sebagian kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di daerah itu cukup beralasan karena setelah terbakar, lahan dibersihkan dan muncul kebun kelapa sawit.
Selain dimanfaatkan untuk berkebun, ada juga beberapa lokasi yang sebelumnya terbakar ditemukan dijual untuk pembangunan rumah tinggal.
"Budaya membuka lahan dengan cara dibakar tidak membutuhkan biaya tinggi, ini yang perlu diatasi bersama agar seluruh pihak bisa bersama-sama melakukan pencegahan," katanya.
Baca juga: Sudah 9 perusahaan jadi tersangka karhutla
Baca juga: Polres Bangka Barat gelar sayembara tangkap pembakar lahan dan hutan
Febriansyah mengatakan, sampai saat ini pihaknya telah menangani sebanyak 180 kejadian kebakaran untuk wilayah Kecamatan Mentok dengan total luas lokasi 222 hektare.
"Desa Belolaut menempati posisi pertama sebagai desa yang paling sering terjadi karhutla dengan 64 kejadian, disusul Kelurahan Tanjung, Kelurahan Sungaidaeng, Desa Airbelo, Desa Airputih dan Kelurahan Sungaibaru," katanya.
Diharapkan masyarakat semakin bijaksana dalam menghadapi musim kemarau agar tidak melakukan pembakaran lahan dan hutan untuk keperluan apapun.
Kapolres Bangka Barat, AKBP Muhammad Adenan mengatakan, akan membentuk posko berjenjang di setiap kecamatan hingga desa untuk meminimalkan terjadinya karhutla.
"Dalam dugaan adanya unsur kesengajaan ini, kami meminta kepala Satreskrim Polres Bangka Barat untuk melakukan penyelidikan," kata Adenan.
Ia mengakui, dalam kasus karhutla ada banyak permasalahan yang perlu ditangani sehingga harus ditangani serius.
Baca juga: Polres Bangka Barat bentuk Posko Karhutla tingkat desa
Pewarta: Donatus Dasapurna Putranta
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019