Sebanyak tiga mahasiswa yang melakukan aksi unjuk rasa di Kampus Universitas Cenderawasih (Uncen) Abepura, Kota Jayapura, tewas diduga karena peluru karet.Dugaan peluru karet, tetapi harus diautopsi dulu. Tim DVI masih melakukan pengecekan identitasnya. Penyebab masih didalami tim DVI."
"Dugaan peluru karet, tetapi harus diautopsi dulu. Tim DVI masih melakukan pengecekan identitasnya. Penyebab masih didalami tim DVI," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Gedung Mabes Polri, Jakarta, Senin.
Baca juga: Papua Terkini - KNPB diduga berada di balik pemulangan mahasiswa Papua
Baca juga: Presiden minta masyarakat Papua hindari anarkisme
Baca juga: Papua Terkini - Ribuan masyarakat Jayawijaya mengungsi ke Mapolres
Selain tiga tewas, sebanyak 20 mahasiswa juga mengalami luka-luka akibat kericuhan saat pengangkutan mahasiswa pengunjuk rasa dilakukan.
Dedi Prasetyo menuturkan awalnya massa akan dipindahkan ke daerah Expo Waena menggunakan truk dan bus umum dengan dikawal aparat keamanan karena demo di depan Auditorium Uncen Abepura tidak diizinkan.
Pengangkutan itu sempat berlangsung damai, ujar dia, tetapi kemudian sebagian dari ratusan mahasiswa yang pulang dari luar Papua itu membacok satu aparat TNI, Praka Zulkifli, sebagai pengemudi truk dinas hingga gugur dan menyerang personel polisi yang mengawal massa.
Sebanyak enam personel Brimob luka berat karena benda tumpul, batu dan bacokan senjata tajam.
Baca juga: 200 anak sekolah bakar kantor bupati Jayawijaya
Baca juga: 318 Pendemo diamankan di Mako Brimob Polda Papua di Jayapura
Baca juga: Papua Terkini - Ribuan masyarakat Jayawijaya mengungsi ke Mapolres
Setelah itu, Dedi Prasetyo menyebut situasi dinilai mengkhawatirkan untuk aparat keamanan dan masyarakat sehingga personel Brimob melakukan tindakan untuk melumpuhkan para mahasiswa yang melakukan tindakan anarkis.
Ia mengatakan tidak terdapat korban dari masyarakat dalam peristiwa itu.
"Saat ini anggota TNI, Polri dan mahasiswa yang luka dirawat di RS Bhayangkara. Yang meninggal akan diidentifikasi," kata dia.
Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019