Direktur Operasi Basarnas Brigjen TNI (Mar) Budi Purnomo di Timika, Selasa, mengatakan bahwa pesawat Twin Otter PK CDC jatuh di medan yang sangat terjal dengan kemiringan 80 sampai 90 derajat pada ketinggian sekitar 13.500 kaki atau sekitar 3.900 meter di atas permukaan laut, karenanya butuh orang-orang dengan keahlian melakukan penyelamatan di medan vertikal untuk mengevakuasi korban kecelakaan pesawat itu.
"Kami sedang menghubungi teman-teman yang memang sudah expert (ahli) untuk pendakian dinding gunung tegak. Kami sedang berkoordinasi untuk memastikan mereka bisa segera tiba di Timika esok hari. Dengan kondisi medan yang begitu berat, maksimal pendaki yang kami bisa turunkan di lokasi itu hanya dua orang," katanya.
Ia mengatakan operasi SAR untuk mengevakuasi korban kecelakaan pesawat Twin Otter PK CDC akan diperpanjang tiga hari ke depan.
Hingga hari ketujuh operasi pada Selasa siang, tim SAR belum berhasil melakukan evakuasi karena hembusan angin yang kencang membuat helikopter tim penyelamat tidak bisa mendarat di lokasi kecelakaan.
"Hari ini evakuasi terpaksa dihentikan sementara karena tadi kami mau mencoba mendaratkan helikopter tapi angin cukup kuat sampai 30 knots. Tidak lama kemudian awan juga sudah turun. Jadi, memang kondisi cuaca sangat menghambat operasi ini sehingga berlangsung lama," jelas Brigjen Budi.
Foto lokasi kecelakaan pesawat Twin Otter PK CDC yang diambil Tim SAR dari udara menunjukkan sebagian jasad korban kecelakaan pesawat, yaitu tiga awak pesawat dan seorang penumpang.
Selain mengevakuasi para korban, tim SAR dalam operasi evakuasi Rabu (25/9) juga berupaya mengamankan rekaman penerbangan dan rekaman percakapan pilot sesaat setelah pesawat tersebut terbang guna mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan.
Guna menjangkau lokasi kecelakaan pesawat Twin Otter PK CDC yang medannya sangat berat, Posko SAR di Bandara Mozes Kilangin Timika akan mengerahkan helikopter milik PT Intan Angkasa Air (helikopter Bell SA-315 B PK-IWV) untuk mengangkut pendaki gunung dinding tegak.
"Kami mencoba melihat apakah memungkinkan heli bisa mendarat di sekitar kawasan dinding tegak itu untuk menurunkan para pendaki sedekat mungkin dengan objek untuk mencari beberapa potongan pesawat, terutama rekaman penerbangan dan rekaman suara," kata Brigjen Budi mengenai korban kecelakaan pesawat Twin Otter yang sempat hilang kontak dalam penerbangan dari Timika menuju Ilaga pada Rabu (18/9).
Baca juga:
Airnaf dukung operasi pencarian pesawat hilang kontak di Papua
TNI AU bantu pencarian pesawat hilang di Papua
Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019