"Ke depan perkiraan kami di wilayah Sumatera sampai dengan akhir bulan ini akan terjadi pengurangan kepekatan asap yang signifikan," kata Seto dalam jumpa pers Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di gedung KLHK, Jakarta, Selasa.
BBTMC mengerahkan empat pesawat untuk mendukung penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC) di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, dan Riau.
Satu pesawat lagi pada Rabu (25/9) akan dikirim ke daerah yang dinilai paling membutuhkan penggunaan teknologi modifikasi cuaca atau hujan buatan untuk memicu hujan turun.
Penerapan TMC sudah berhasil menurunkan hujan di daerah-daerah di Kalimantan dan Sumatera dengan hasil yang cukup signifikan.
Sekitar 70 juta meter kubik hujan turun di Kalimantan Barat sejak Jumat pekan lalu dan di Kalimantan Tengah volume air hujan yang turun sekitar 15 juta meter kubik. "Tidak sebesar dan seluas hujan di Kalbar dan belum mampu meredam asap secara signifikan," ujar Seto.
Baca juga: Rekayasa hujan buatan di Kalteng tunggu awan cumulus
Di Sumatera, hujan sudah turun di beberapa provinsi. Menurut data terbaru, di Riau turun hujan dengan volume sekitar 30 juta meter kubik. Hujan juga sudah turun di Jambi dan Sumatera Selatan.
KLHK menyatakan sudah berusaha sebisanya untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan. Menurut data KLHK, jumlah titik panas indikasi kebakaran hutan dan lahan sudah turun dalam tiga hari terakhir.
"Masih ada beberapa titik yang ada kebakaran tapi sudah ditangani langsung oleh satgas," kata Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK Raffles Panjaitan.
KLHK sampai sekarang sudah menyegel lahan 52 perusahaan yang diduga menyebabkan kebakaran hutan dan lahan dan menetapkan lima perusahaan sebagai tersangka.
Baca juga:
Hujan buatan turun di Riau
BPPT gunakan teknologi modifikasi cuaca untuk atasi karhutla di Riau
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019