"Riset bioteknologi pertanian di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI terus didorong untuk mengembangkan dan menghasilkan produk riset yang nantinya benar-benar dapat bermanfaat bagi masyarakat," kata Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Puspita Lisdiyanti dalam sambutan saat Media Visit Hari Tani Nasional di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Cibinong, Kabupten Bogor itu.
Padi gogo merupakan salah satu varietas yang dapat dikembangkan di lahan kering, tegalan, dataran tinggi atau tanpa pengairan teknis.
Lisdiyanti mengatakan varietas unggul padi gogo yang dikembangkan LIPI saat ini adalah Inpago LIPI Go1, Inpago LIPI Go2 dan Inpago LIPI Go4.
"Ketiga varietas padi itu memang dirancang agar tahan kekeringan dan adaptif di lahan berkadar aluminium tinggi, serta tanah asam dengan pH 3,2," sambung Peneliti di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Enung Sri Mulyaningsih dalam pemaparannya.
Keunggulan lain dari varietas tersebut, katanya, adalah bahwa padi tersebut siap dipanen pada umur 110-113 hari setelah ditanam, dengan produksi padi varietas Inpago LIPI Go1 mencapai 8,18 ton per hektare dan Inpago LIPI Go2 sebanyak 8,15 ton per hektare.
Varietas tersebut sudah berhasil dilakukan uji coba penanamannya di Tabalong, Kalimantan Selatan, dengan hasil panen mencapai 5,6 sampai 6,1 ton per hektare, jauh lebih tinggi dari varietas padi gogo lainnya, yang rata-ratanya hanya mencapai 4 ton per hektare pada lahan yang sama.
Ia menambahkan bahwa di lahan kritis bekas kebun karet pun, varietas unggul padi tersebut mampu menghasilkan 4,5 ton gabah kering panen.
"Meningkat 300 persen dari panen sebelumnya, yang hanya 1,5 ton," katanya.
Baca juga: LIPI : padi gogo cocok untuk lahan kering
Baca juga: Kementan rilis varietas padi gogo berproduktivitas tinggi
Baca juga: Penanaman padi gogo di Bekasi diperluas jadi 19.000 hektare
Pewarta: Katriana
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019