"Ada isu, seorang guru di SMA PGRI yang sedang mengajar menyampaikan kepada muridnya kalau berbicara keras," katanya pada konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa.
Namun, kata dia, kata "keras" itu kemudian terdengar seolah-olah "kera" akibat pelafalan huruf S yang tidak jelas atau tidak terdengar jelas.
Isu tersebut, kata Tito, kemudian disebarkan dan disampaikan seolah-olah pernyataan bernada rasialis dari seorang guru yang tidak pantas dan melukai hati.
"Terdengarnya adalah kera, menurut isu ini, sehingga muncul lagi, disampaikan kepada temannya, saya dikatain, mohon maaf, monyet. Padahal, yang dimaksud jangan berbicara keras," katanya.
Baca juga: Kapolri: Korban tewas di Wamena jadi 26 orang
Kepolisian, kata dia, sedang menyelidiki kebenaran isu tersebut. Penyebar itu diketahui adalah kelompok underbow dari Komite Nasional Papua Barat (KNPB).
"Kami yakin yang mengembangkan kelompok underbow KNPB yang menggunakan seragam SMA menyampaikan dan menyebarkan isu. Kami cari sekarang orangnya," kata Tito.
Sementara itu, Menko Polhukam Wiranto menyayangkan terjadinya kericuhan di Wamena, Papua. Padahal, beberapa hari ini situasi dan kondisi di Papua sudah berangsung kondusif.
Baca juga: Massa anarkis lumpuhkan lebih dari 15 fasilitas pemerintah di Wamena
"Beberapa hari lalu, kami sudah agak lega, bersyukur dengan kondisi Papua yang berangsur membaik setelah panas akibat kesalahpahaman dari oknum tertentu," katanya.
Kericuhan di Wamena, kata dia, tidak terjadi serta-merta, tetapi erat kaitannya dengan provokasi yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu untuk menunjukkan eksistensinya.
"Hanya sayang, gerakannya merugikan masyarakat sendiri, gerakannya anarkis, melanggar hukum. Kita betul-betul sayangkan," kata Wiranto.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019