"Di terigu ada kandungan namanya gluten. Gluten ini bagi orang dengan kebutuhan khusus enggak bisa," kata peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Ahmad Fathoni, dalam pemaparannya di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Cibinong, Selasa.
Kandungan gluten yang biasa terdapat pada tepung juga tidak bisa diterima oleh penderita autis ataupun orang-orang yang memang alergi terhadap gluten.
Oleh karena itu, LIPI mencoba mengembangkan mocaf dari ubi kayu yang tidak hanya bebas gluten tetapi juga memiliki beta karotin tinggi yang baik bagi kesehatan.
Mocaf yang kepanjangannya modified cassava flour tersebut merupakan tepung dari hasil fermentasi ubi kayu yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti butiran beras.
Mocaf dari ubi kayu yang dikembangkan LIPI dibuat sebagai salah satu upaya untuk mendukung penguatan daya saing singkong sebagai bahan pangan berkualitas yang dapat diolah menjadi mi atau bahan pangan lainnya.
Selain itu, konsumsi mocaf dari bahan pangan ubi kayu tersebut juga dapat membantu mengurangi permasalahan gizi kronis atau stunting karena mocaf tersebut memilki kandungan gizi cukup banyak.
Dalam pengembangan produk mi dari mocaf ubi kayu tersebut, mitra LIPI yang bekerja sama dalam pengembangan itu mengaku telah mendapat banyak permintaan dari pelanggan.
"Waktu itu ditargetkan 1.000 bungkus target outputnya. Tapi pada 5 September, karena permintaan tinggi, sudah produksi hampir 1.500 bungkus, melebihi target," kata peneliti LIPI tersebut.
Melalui pengembangan mocaf tersebut, ia berharap bahan pangan singkong dan produk turunannya tidak lagi menjadi bahan pangan alternatif yang masih dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat, tetapi sebaliknya menjadi bahan pangan yang berkualitas.
Baca juga: Mesin penghasil tepung mocaf besutan Kemenperin potong waktu produksi
Baca juga: Indef: Tepung mocaf Kemenperin dorong industri makanan lokal
Pewarta: Katriana
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019