“Tren ujaran kebencian, fanatisme, dan intoleransi terhadap Islam terus meningkat. Retorika bernuansa politik membenci kelompok Muslim yang tidak sesuai dengan nilai demokrasi dan kemajemukan semakin mengkhawatirkan,” kata Menlu Retno saat menyampaikan pidatonya dalam forum tersebut, seperti disampaikan melalui keterangan tertulis Kemlu RI, Rabu.
Pertemuan Kelompok Kerja OKI itu dilangsungkan untuk mengesahkan rancangan Rencana Aksi untuk Melawan Islamfobia, Diskriminasi Agama, Intoleransi, dan Kebencian terhadap Kelompok Muslim tahun 2020-2023 (Plan of Action on Combating Islamophobia, Religious Discrimination, Intolerance and Hatred towards Muslims 2020-2023).
Draf tersebut telah dibahas dan disepakati dalam Pertemuan Pertama Kelompok Kerja OKI untuk Perdamaian dan Dialog di Jakarta pada 29-30 Juli 2019.
Negara OKI memberikan penghargaan yang besar atas kepemimpinan dan prakarsa Indonesia yang menjadi tuan rumah pertemuan pertama Kelompok Kerja OKI tersebut.
“Dokumen Rencana Aksi itu digunakan sebagai acuan bagi aksi dan kerja sukarela negara OKI dalam mengatasi islamophobia di dunia dewasa ini,” ujar Retno.
Inisiatif Indonesia tersebut lahir dari keprihatinan mengenai semakin banyaknya tindak kekerasan yang didasarkan pada sentimen primordial, termasuk tragedi di Christcurch, Selandia Baru.
Menlu Retno menegaskan bahwa pengesahan rencana kerja oleh negara OKI akan membawa dua pesan penting yaitu pertama, konsolidasi komunitas Muslim untuk menegakkan nilai Islam yang damai dan toleran.A plan of action on combating Islamophobia, religious discrimination, intolerance and hatred towards Moslem was adopted by the #OIC Contact Group on Peace and Dialogue in New York (23/09) #UNGA74 pic.twitter.com/rsVOBqGR8h
— Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (@Menlu_RI) September 24, 2019
Pemimpin komunitas Islam harus bersuara keras dan tegas untuk melawan aksi kelompok radikal yang mengatasnamakan Islam, katanya.
“Kita semua pemimpin negara Islam harus memastikan bahwa tidak ada ruang sekecil apapun bagi kelompok radikal yang dapat berkembang di masyarakat kita”, Retno menegaskan
Dan kedua, negara Islam harus mempromosikan wajah Islam yang sesungguhnya yaitu Islam yang rahmatan lil-alamin kepada dunia.
Negara Islam harus berani menyampaikan pesan yang tegas bahwa terorisme dan ekstremisme tidak ada kaitannya dengan agama dan ajaran Islam.
Negara OKI harus menjadi mesin untuk mempromosikan keharmonisan antar peradaban baik di forum OKI maupun di forum multilateral lainnya.
“Negara OKI harus menyuarakan nilai Islam yang sesungguhnya di setiap ruang dan Gedung PBB ini”, kata Retno sebelum menutup pidatonya.
Menlu Retno bersama dengan Sekretaris Jenderal OKI memimpin pertemuan Tingkat Menteri Luar Negeri 19 negara OKI anggota Kelompok Kerja tersebut.
Pembentukan Contact Group on Peace and Dialogue (CG-PD) OKI merupakan inisiatif Presiden Joko Widodo yang digulirkan saat menjadi Tuan Rumah KTT darurat OKI mengenai Al-qudsh Assyarif di Jakarta pada 2016.
Kelompok Kerja itu disahkan oleh OKI melalui keputusan pertemuan KTM OKI di Abu Dhabi pada Maret 2019 dan KTT OKI di Makkah pada Mei 2019.
Baca juga: Blok Islam kecam pendudukan Israel atas Palestina
Baca juga: OKI dorong isu aneksasi Tepi Barat dibahas di Sidang Majelis Umum PBB
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2019