Uang palsu yang beredar di provinsi Sulawesi Utara hingga Agustus 2019 paling banyak ditemukan oleh pihak perbankan, yaitu sekitar 73 persen dari total uang palsu yang ditemukan.Hal ini perlu diwaspadai...
"Secara detail, 73 persen atau sebanyak 99 lembar temuan uang palsu hingga Agustus 2019 berasal dari verifikasi perbankan," kata Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Utara Arbonas Hutabarat di Manado, Rabu.
Selanjutnya, katanya, sebesar 9 persen atau 12 lembar berasal dari laporan masyarakat yang datang langsung ke Bank Indonesia.
Dia mengatakan hingga Agustus 2019, Bank Indonesia Sulawesi Utara telah menemukan 135 lembar uang palsu. Uang palsu itu didominasi berasal dari Kota Manado.
Pihaknya telah menemukan 135 lembar uang palsu yang beredar di wilayah Sulawesi Utara hingga Agustus 2019. Dari jumlah tersebut, sebanyak 118 lembar berasal dari Kota Manado.
Dia menjelaskan dari sisi pecahan, Bank Indonesia Sulawesi Utara melaporkan bahwa 58 persen atau 78 lembar uang palsu tersebut berbentuk pecahan nominal Rp100.000. Sisanya, 41 persen atau 56 lembar berbentuk pecahan nominal Rp50.000 dan hanya satu lembar yang berbentuk pecahan nominal Rp20.000.
Dia menambahkan biasanya pengedar uang palsu menyasar kalangan masyarakat menengah ke bawah. Para pelaku membidik pasar orang dengan berpendidikan rendah dan menjalankan usaha yang membutuhkan transaksi cepat.
Arbonas menekankan peredaran uang palsu sangat merugikan dari sisi ekonomi. Peredaran uang palsu 10 persen dari total uang asli, misalnya, akan menambah jumlah uang beredar yang statistiknya tidak dimiliki oleh bank sentral, sehingga berpotensi menimbulkan inflasi di masyarakat.
"Hal ini perlu diwaspadai, walaupun terjadi penurunan yang signifikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya," jelasnya.
Baca juga: BI berharap pelaku kejahatan upal disanksi berat
Pewarta: Nancy Lynda Tigauw
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019