BMKG: hujan turun di area kebakaran

25 September 2019 13:47 WIB
BMKG: hujan turun di area kebakaran
Kepala Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), R Mulyono Rahadi Prabowo (kiri) meninjau fasilitas Stasiun Meteorologi Maritim Ambon, Maluku, Selasa (17/9/2019). . ANTARA FOTO/izaac mulyawan/ama. (ANTARAFOTO/Izaac Mulyawan)
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika mendeteksi berkurangnya titik panas dan asap di sejumlah kawasan yang terdampak kebakaran hutan dan lahan, salah satunya dipicu hujan.

"BMKG mencatat curah hujan yang turun di wilayah karhutla berkontribusi cukup signifikan dalam pengurangan jumlah titik panas dan asap di beberapa daerah," kata Deputi Bidang Meteorologi R Mulyono R Prabowo di Jakarta, Rabu.

Hal itu, kata dia, seperti yang tercatat pada 23 September 2019 dengan hujan terjadi cukup merata di Provinsi Kalimantan Barat.

Dia mengatakan BMKG mencatat curah hujan tertinggi di AWS SMPK Anjongan, Kabupaten Mempawah sebesar 64,5 mm.

"Selain itu, di Provinsi Riau tercatat curah hujan tertinggi di AWS Kandis, Kabupaten Siak sebesar 12,3 mm," kata dia.

BMKG, kata dia, mengidentifikasi terdapat perubahan kondisi atmosfer yang cukup signifikan sejak tanggal 23 September 2019. Perubahan kondisi atmosfer tersebut berupa peningkatan desakan massa udara kering dari wilayah barat Indonesia.

Penguatan desakan massa udara kering, kata dia, mengakibatkan daerah massa udara basah yang sebelumnya cenderung meluas di wilayah Indonesia bagian selatan kini cenderung meluas ke wilayah Indonesia bagian barat.

"Selain itu, daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) akan terbentuk memanjang di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat," kata dia.

Keberadaan daerah konvergensi itu, kata dia, meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Kalimantan dan Sumatera dalam seminggu ke depan.

Dia mengimbau masyarakat yang berada di beberapa wilayah dekat dengan karhutla untuk selalu waspada dan tetap menyiapkan masker agar terhindar dari potensi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

 Baca juga: Setelah hujan, kualitas udara di Medan berstatus sedang
Mulyono mengatakan BMKG juga mendeteksi adanya penurunan jumlah titik panas di wilayah Asia Tenggara.

Menurut pantauan satelit polar (NOAA-20, Terra/Aqua, SNPP) selama 22-24 September 2019 setidaknya terdapat 3.216 titik panas dengan kategori tingkat kepercayaan tinggi di seluruh wilayah Asia Tenggara.

"Jumlah titik panas ini lebih rendah dibandingkan dengan jumlah titik panas pada periode waktu 19-21 September 2019 yang mencapai 5.162 titik," katanya.

Dia mengatakan lokasi titik panas tersebut di antaranya berada di wilayah Indonesia (Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan), Malaysia, Filipina, Vietnam serta Timor Leste.

Pada 22 September, kata dia, terdeteksi adanya sebaran asap dari wilayah Sumatera ke Singapura dan ke Semenanjung Malaysia serta dari wilayah Kalimantan Barat ke Serawak.

"Namun, 23 September dan 24 September tidak terdeteksi adanya sebaran asap yang memasuki wilayah Malaysia maupun Singapura," kata dia.

Mulyono mengatakan beberapa lokasi karhutla di Sumatera dan Kalimantan menunjukkan jumlah titik panas yang fluktuatif.

Pada 21-23 September, kata dia, jumlah titik panas cenderung bertambah di wilayah Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur namun cenderung berkurang di wilayah Provinsi Riau, Jambi, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.

Baca juga: Hujan sisakan 152 titik panas indikasi karhutla di Riau
Baca juga: Daerah bencana karhutla disebut BNPB tiga hari terakhir diguyur hujan


 

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019