"Penggunaan tembakau adalah faktor risiko utama yang umum terjadi pada penyakit tidak menular," kata Gan dalam Pertemuan keempat Aliansi Kota-Kota Asia Pasifik untuk Pengendalian Tembakau dan Pencegahan Penyakit tidak Menular (4th APCAT Summit) di Kota Bogor, Kamis.
Gan mengatakan langkah-langkah pengendalian tembakau yang berdasarkan bukti telah terbukti dapat mengurangi permintaan dan pasokan produk tembakau.
Pengendalian tembakau berdasarkan bukti, termasuk melindungi orang dari paparan asap rokok; melarang iklan rokok, promosi, dan sponsor rokok; penggunaan peringatan kesehatan bergambar pada kemasan rokok; dan kampanye berhenti merokok.
"Para pemimpin daerah sangat berperan penting dalam pelaksanaan kebijakan kesehatan, termasuk dalam upaya pengendalian tembakau," tuturnya.
Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan penyakit tidak menular menempati posisi tertinggi di 34 provinsi di Indonesia, kebanyakan berupa stroke, serangan jantung, penyakit pernafasan kronik, dan diabetes melitus.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan terdapat 15 juta kematian muda pada usia 30 tahun hingga 69 tahun di seluruh dunia setiap tahun.
Sebanyak 7,2 juta kematian disebabkan konsumsi tembakau dan 70 persen di antaranya terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Lebih dari 100 pemimpin daerah dari 40 kota di 12 negara di Asia Pasifik bertemu di Kota Bogor, Jawa Barat, untuk membicarakan praktik pengendalian tembakau dan penanganan penyakit tidak menular.
Pertemuan 4th APCAT Summit diselenggarakan bersama oleh APCAT, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Pemerintah Kota Bogor, International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (The Union), dan Kemitraan untuk Kota Sehat.
Kemitraan Kota Sehat adalah jaringan global 54 kota yang berkomitmen untuk mengurangi penyakit tidak menular yang diumumkan pada Mei 2017, dipimpin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan mantan Wali Kota New York Michael R Bloomberg yang didukung Bloomberg Philanthropies bekerja sama dengan WHO dan Vital Strategies.
Baca juga: Kemenkes: HTTS momentum suarakan bahaya rokok
Baca juga: Periode kedua Jokowi, diharap lebih lindungi anak dari bahaya rokok
Baca juga: Peneliti: Konsep pengurangan risiko lebih efektif atasi masalah rokok
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019