• Beranda
  • Berita
  • Mitos pil KB menurunkan berat badan dan menghilangkan jerawat

Mitos pil KB menurunkan berat badan dan menghilangkan jerawat

26 September 2019 16:54 WIB
Mitos pil KB menurunkan berat badan dan menghilangkan jerawat
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo (dua dari kiri) pada taklshow dalam rangka peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia di Maumere, NTT, Kamis (26/9/2019) (ANTARA/HO-Humas BKKBN)

Saran saya kalau cuma untuk obati jerawat untuk apa minum pil KB, buat orang curiga saja

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo membenarkan mitos bahwa pil KB bisa menurunkan berat badan sampai menghilangkan jerawat.

"Pil KB ada yang mengandung hormon estrogen dan progesteron tapi Tuhan menciptakan tubuh manusia sejak dalam rahim, ada yang berkembang saraf dan kulitnya, ada yang ototnya. Jadi kalau ingin gemuk atau kurus tentu melihat kondisi internalnya," kata Hasto di Maumere, Nusa Tenggara Timur, Kamis.

Hasto menyampaikan hal tersebut saat menjawab pertanyaan yang dilontarkan peserta diskusi dalam rangka hari Kontrasepsi Sedunia di Kampus STFK Ledalero, Maumere.

Dia juga mengatakan bahwa beberapa pil KB bisa menghilangkan jerawat karena kandungan hormon di dalamnya.

"Saran saya kalau cuma untuk obati jerawat untuk apa minum pil KB, buat orang curiga saja," kata Hasto yang juga merupakan dokter spesialis kebidanan dan kandungan disambut riuh peserta diskusi.

Baca juga: Kepala BKKBN: RKUHP jangan menghambat promosi kesehatan reproduksi

Baca juga: Yasonna: Aturan kontrasepsi dalam KUHP demi cegah seks bebas anak


Dalam brosur BKKBN menjawab rumor seputar kontrasepsi yang menyebutkan bahwa pil KB kombinasi menyebabkan banyak pertambahan atau penurunan berat badan, namun faktanya berat badan berubah secara alami sejalan dengan kondisi kehidupan dan seiring bertambahnya usia.

Temuan studi menunjukkan bahwa kontrasepsi pil kombinasi rata-rata tidak mempengaruhi berat badan.

Berdasarkan data angka penggunaan kontrasepsi yang telah mengalami peningkatan dari 61,9 persen (SDKI 2012) menjadi 63,6 persen (SDKI 2017) akan tetapi masih didominasi oleh penggunaan metode kontrasepsi jangka pendek.*

Baca juga: BKKBN: Bonus demografi harus jadi anugerah

Baca juga: Mayoritas orang Indonesia berhubungan seks tanpa alat kontrasepsi

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019