Awalnya platform media sosial itu hanya dimanfaatkan sebagai ajang promosi, namun belakangan dianggap jadi peluang besar untuk menjalin kedekatan dengan warganet.
Head of Community and Social Marketing Traveloka Veriyanta Kusuma mengatakan, perubahan pola pemanfaatan itu terjadi sejak perusahaan tempatnya bernaung membuat diversifikasi produk, bukan sekadar agen wisata dalam jaringan (online) yang mengurusi tiket pesawat serta hotel.
"Dari tempat promosi saja, jadi cuitan yang informatif dan inspiratif," kata Veriyanta dalam bincang-bincang "LifeonTwitter", Jakarta, Kamis.
Hal serupa diungkapkan oleh Senior Social Media Manager Tokopedia Radhitia Pradana yang mengatakan Twitter telah menjadi tempat untuk mendekatkan diri dan mencari tahu apa yang diinginkan konsumen.
Akun resmi Tokopedia dan Traveloka di Twitter pun aktif merespons cuitan warganet serta ikut nimbrung saat ada isu-isu yang sedang ramai diperbincangkan, lalu menimpalinya dengan gaya humoris.
Untuk bisa bergabung membicarakan isu terkini, tim media sosial di Tokopedia misalnya, terdiri atas orang-orang yang ahli di bidang berbeda, dari K-pop hingga olahraga, sehingga bisa langsung merespons cuitan dengan cepat dan tepat.
Sementara, Senior Client Partner Twitter Indonesia Leo Wirendra mengemukakan setiap perusahaan pemilik merek bisa ikut meramaikan momen hangat di Twitter tanpa kesulitan bila identitas merek sudah terbentuk sempurna.
"Bila kita sudah tahu tujuan brand (merek), akan mudah diturunkan ke teknis hingga konten," kata dia.
Ia lantas menyarankan agar pemilik merek memetakan momentum-momentum yang penting dan relevan bagi mereka bila ingin mencuitkannya di linimasa. Termasuk, merencanakan konten untuk kegiatan terjadwal misalnya peringatan Hari Kemerdekaan.
Di luar itu, pemilik merek pun harus siap mengantisipasi bila ada isu hangat yang muncul secara spontan.
Baca juga: Tiga alasan warganet Indonesia kembali ke Twitter
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019