Lebih dari 730.000 pengungsi Rohingya tinggal di Bangladesh, melarikan diri dari dari penindasan di negara tetangga Myanmar, tempat pasukan keamanan dituduh melakukan pembantaian, pemerkosaan dan pembakaran dalam penumpasan pascaserangan pos polisi oleh warga Rohingya pada Agustus 2017.
Bangladesh menampung pengungsi di kamp-kamp sempit di distrik perbatasan Cox's Bazar, namun ingin memindahkan mereka ke sebuah pulau terpencil di Teluk Benggala, mengingat musim hujan serta kondisi hukum dan ketertiban yang kian memburuk akibat penyelundupan narkoba.
Baca juga: Usaha Bangladesh kirim Rohingya gagal karena pengungsi tolak pulang
Mohammad Faisal Hasan Khan, komandan Penjaga Perbatasan Bangladesh (BGB) di wilayah Teknaf, Cox's Bazar, mengungkapkan bahwa pada Jumat dini hari sekelompok Rohingya sedang menyeberangi sungai di perbatasan dengan perahu, ketika penjaga perbatasan menghadang mereka dan memintanya untuk menyerah.
"Tetapi bukannya menyerah, mereka malah merespons dengan senjata api," kata Hassan.
"Ketika baku tembak berhenti anggota BGB menghampiri mereka dan menemukan dua warga Rohingya tergeletak di tanah dengan luka (tembakan)," katanya kepada Reuters.
Keduanya dinyatakan meninggal setibanya di rumah sakit setempat. BGB mengatakan menemukan 70.000 tablet met, yang dikenal secara lokal Yaba, bersama dengan sebuah senapan dan sejumlah peluru dari korban.
Sumber: Reuters
Baca juga: Menlu Retno : Hentikan krisis kemanusiaan di Rakhine State
Baca juga: Menlu Retno bertemu utusan PBB bahas repatriasi Rohingya
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2019