Kebijakan di provinsi itu diambil setelah tiga kabupaten di Kalsel menyatakan tanggap darurat karhutla yaitu Kota Banjarbaru, Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Balangan.
"Badan Lingkungan Hidup Daerah sempat menyatakan udara di sekitar Bandara Syamsudin Noor sangat tidak sehat akibat terpapar asap, jadi sekarang statusnya jadi tanggap darurat," kata Kepala pelaksana BPBD Kalimantan Selatan Wahyuddin di Banjarbaru, Jumat.
Dari informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), diprediksi musim penghujan akan terjadi pada akhir Oktober 2019 mendatang.
"Sehingga masih ada satu bulan ke depan harus kita amankan dari kebakaran lahan yang berdampak kabut asap," katanya.
Baca juga: Tim Kesehatan patroli mobil oksigen di daerah terdampak asap karhutla
Baca juga: Irwasum Polri ingatkan kolaborasi tangani Karhutla
Adapun konsekuensi dari status tanggap darurat tersebut, maka BPBD melakukan segala upaya dengan mengerahkan seluruh sumber daya yang ada mengatasi karhutla.
Salah satunya menggandeng relawan Barisan Pemadam Kebakaran (BPK) dan Damkar swasta sebanyak 60 armada untuk bersama-sama memadamkan lahan terbakar di sekitar kawasan Guntung Damar dan Jalan Tegal Arum Banjarbaru yang lokasinya berdekatan dengan Bandara Syamsudin Noor.
Disinggung hujan yang mulai terjadi dua hari terakhir, Wahyuddin menyatakan itu hasil dari upaya hujan buatan yang dilakukan oleh petugas di provinsi tetangga yaitu Kalimantan Tengah.
"Setiap harinya ada 4 ton garam ditabur di bibit-bibit awan di sana. Kebetulan posisi awan banyak terdapat di daerah Kalsel, maka penaburan garam dilakukan di perbatasan Kalteng dan Kalsel. Alhasil, di sini juga mendapat berkah hujan dan semoga hujan terus turun dan lahan gambut yang terbakar dapat padam permanen," katanya.*
Baca juga: Polda Kalsel hadirkan tim ahli IPB cek karhutla di korporasi
Baca juga: Pelaku pembakaran lahan Kalsel kembali diringkus polisi
Pewarta: Firman
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019