"Yang jelas gambut adalah bahan bakar. Tanpa dibakar tidak mungkin terjadi. Tanpa ada api yang disengaja kayaknya tidak mungkin terbakar," ungkap Noviar dalam kelas jurnalis yang diadakan di Jakarta Selatan pada Jumat.
Menurut Noviar, banyak orang berkelit bahwa kebakaran yang terjadi adalah karena api alami yang disebabkan oleh petir yang menyambar atau tidak sengaja membuang putung rokok di lahan gambut kering.
Menyangkut ketidaksengajaan tersebut, Noviar mengambil contoh yang dilakulan oleh perusahaan-perusahaan luar negeri yang mendenda orang yang merokok di dekat lahan gambut.
Baca juga: BRG: Saat musim hujan, pelaku kebakaran hutan dan lahan terungkap
Tapi, kata dia, dalam peristiwa karhutla yang terjadi di Indonesia baru-baru ini dia melihat tren perusahaan menjaga lahan mereka, tapi yang terbakar adalah lahan di pinggir perusahaan konsesi.
"Yang sekarang terjadi perusahaan-perusahaan jauh lebih banyak menjaga lahannya karena takut kena denda. Itu tren yang saya lihat. Tetapi anehnya yang terbakar di pinggir," ungkap Noviar.
Menurut pantauan Noviar, dia melihat lahan konsesi perusahaan kebanyakan aman dari kebakaran, hanya sekitar satu persen.
Lahan gambut, ujar Noviar, sangat penting untuk dijaga karena pembakaran lahan gambut menghasilkan emisi yang labih banyak dibandingkan lahan mineral biasa.
Apalagi di Indonesia dengan lahan gambut yang banyak jika terus dibakar tentu akan menghasilkan emisi yang luar biasa.
Baca juga: Kepala BRG sebut faktor manusia masih berperan dalam karhutla
Baca juga: Kepala BRG katakan restorasi gambut masih butuh waktu puluhan tahun
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019