"Hingga saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi gempabumi dengan tepat, dan akurat kapan, dimana dan berapa kekuatannya," kata Deputi bidang Geofisika BMKG Muhammad Sadly dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Hingga Jumat (28/9) pukul 13.00 WIB, hasil monitoring BMKG terhadap gempa bumi Kairatu, Ambon, dan Haruku berkekuatan magnitudo 6,5 yang terjadi pada Kamis (26/9) menunjukkan telah terjadi 492 kali gempa susulan.
Baca juga: Pemkot Ambon data sementara korban gempa
Baca juga: BNPB: Korban meninggal gempa Ambon 19 orang
Kekuatan gempa susulan dengan magnitudo terbesar magnitudo 5,6 dan terkecil magnitudo 3,0. Secara statistik, frekuensi kejadian gempa cenderung semakin mengecil.
"Masyarakat diimbau agar tidak terpancing isu atau berita bohong yang beredar dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi," katanya.
Masyarakat juga diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Gempa bumi dengan magnitudo 6,8 yang kemudian dimutakhirkan menjadi 6,5 mengguncang Ambon pada Kamis (26/9) pada pukul 06.46 WIB.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan berdasarkan pengecekan ulang yang dilakukan pada Jumat, korban meninggal dunia akibat gempa Magnitudo 6,5 di Ambon berjumlah 19 orang.
Baca juga: Rangkaian gempa kembali guncang Ambon
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019