Permintaan komoditas kopi dari Kabupaten Lebak, Banten, cenderung meningkat sejak dua bulan terakhir sehubungan musim kemarau panjang.Hari ini kami memasok kopi Lebak ke daerah Lampung sebanyak tiga ton.
"Hari ini kami memasok kopi Lebak ke daerah Lampung sebanyak tiga ton," kata Isman, seorang penampung kopi saat ditemui di Pasar Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Minggu.
Permintaan komoditas kopi asal Kabupaten Lebak sejak kemarau panjang cenderung meningkat sebab produksi kopi di berbagai daerah di Tanah Air menurun.
Saat ini, ia mengatakan, dirinya melayani permintaan pasar dari luar daerah, seperti Lampung, Bogor, Tangerang, dan Jakarta .
Pasokan kopi, kata dia, diperoleh dari petani Lebak yang menjual hasil panennya ke Pasar Rangkasbitung.
"Dalam sehari terkadang kami menampung kopi petani hingga satu ton dengan harga Rp17.000/kg," katanya.
Baca juga: Di Temanggung ada budaya tiap Jumat minum kopi
Menurut dia, selama ini, kopi Kabupaten Lebak memiliki kualitas tinggi karena jenis kopi arabica dengan keunggulan beraroma dan rasanya tidak begitu pahit.
Oleh karena itu, kopi Lebak bisa disajikan dalam bentuk minuman panas dan dingin juga bisa dijadikan bahan campuran aneka makanan kuliner.
Saat ini, banyak petani kopi yang menjual kopinya ke penampung di Pasar Rangkasbitung, karena mereka langsung menerima uang tunai dan bisa berbelanja kebutuhan rumah tangga.
"Kami yakin kopi Lebak memiliki kualitas lebih tinggi dibandingkan kopi dari Pulau Sumatera," katanya.
Milan (45) seorang perajin kopi merek "Lebak" mengatakan pihaknya memproduksi kopi merek "Lebak" belum genap setahun namun berkembang hingga menyerap tenaga kerja sebanyak enam orang.
Saat ini, dirinya memasarkan produk kopi melalui teknologi internet secara online.
Harga kopi bubuk merek "Lebak" bervariasi antara Rp2.000 sampai Rp50.000 per kemasan.
Baca juga: Produk Indonesia tembus pasar Rusia
Pemerintah daerah mendorong kemajuan usaha kopi merek "Lebak" dengan memberikan pembinaan hingga sertifikasi halal yang diterbitkan MUI Provinsi Banten.
Selain itu juga peningkatan kualitas pengemasan hingga pemasangan barcode produk. "Kami bisa meraup keuntungan sekitar Rp20 juta/bulan melalui pemasaran online itu," ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Dede Supriatna mengatakan Ia mengatakan, selama ini, petani mengembangkan perkebunan kopi terspot-spot dan bukan di kawasan sehingga produksinya relatif kecil.
Begitu juga petani mengembangkan perkebunan kopi hanya dijadikan usaha sampingan dan belum mengarah ke bisnis.
Pemerintah daerah setiap tahun memberikan bantuan benih kepada kelompok tani agar kopi menjadi andalan usaha petani.
"Tahun ini kami mengembangkan seluas 30 hektare tanaman kopi di Kecamatan Muncang dan Sobang dan tiga tahun ke depan sudah bisa dipanen," katanya.
Baca juga: Krisis harga, Wapres RI suarakan aksi bersama negara produsen kopi
Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019