"Rencananya kami akan berkoordinasi dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Ditpolairud Polda Kalteng, dan Polsek KPM untuk membahas masalah ini," kata Komandan Jaga BKSDA Kalimantan Tengah Pos Sampit Muriansyah di Sampit, Senin.
Tradisi Mandi Safar biasanya dilaksanakan pada Rabu terakhir pada bulan Safar. Tahun ini rencananya tradisi Mandi Safar dikemas dalam acara wisata pada 23 Oktober.
Dalam tradisi Mandi Safar, warga beramai-ramai mencebur ke Sungai Mentaya. Kegiatan itu biasanya dipusatkan di Dermaga Habaring Hurung.
Namun belakangan buaya sering muncul di Sungai Mentaya, menimbulkan kekhawatiran di kalangan warga.
Kalau sebelumnya warga mendengar buaya muncul, bahkan menerkam warga, di area sungai yang cukup jauh dari pusat kota, kini buaya sering muncul di area sungai yang berada dekat dengan pusat kota, tidak jauh dari Dermaga Habaring Hurung.
Selama September 2019, setidaknya sudah dua kali warga Sampit menyaksikan kemunculan buaya di Sungai Mentaya.
Pada Sabtu (28/9), Muriansyah dan timnya mendatangi lokasi kemunculan buaya sepanjang dua meter di area sungai di Jalan Iskandar 29, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang.
"Oktober ini ada event rutin Disbudpar yaitu Mandi Safar. Tradisinya yaitu warga bersama-sama dalam jumlah ratusan, bahkan ribuan orang, berenang di Sungai Mentaya. Ini yang perlu diantisipasi," ujar Muriansyah.
Baca juga: Buaya di Sungai Mentaya kembali resahkan warga
Baca juga: BKSDA Kalteng pancing buaya ganas Sungai Mentaya Sampit dengan bebek
Pewarta: Kasriadi, Norjani
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019