• Beranda
  • Berita
  • Menkeu prediksi deflasi September didorong penurunan ongkos produksi

Menkeu prediksi deflasi September didorong penurunan ongkos produksi

2 Oktober 2019 13:08 WIB
Menkeu prediksi deflasi September didorong penurunan ongkos produksi
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat diwawancarai awak media ketika hadir di Festival Literasi di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (2/10/2019). (ANTARA News/Dewa Wiguna)

tidak masalah terjadi deflasi karena hal itu dalam koridor target menjaga inflasi tahunan

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi deflasi pada September 2019 sebesar 0,27 persen, didorong ongkos produksi yang menurun sehingga pelaku usaha melakukan koreksi terhadap harga.

"Deflasi adalah karena harga turun bisa karena koreksi terhadap sebelumnya," katanya saat hadir dalam Festival Literasi di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu.

Dengan begitu, kata dia, harga sejumlah kebutuhan menurun sehingga mendorong terjadinya deflasi.

Baca juga: BPS catat deflasi 0,27 persen pada September 2019

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengaku tidak masalah terjadi deflasi karena hal itu dalam koridor target menjaga inflasi tahunan.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan sejumlah harga bahan makanan memicu terjadinya deflasi pada September 2019 sebesar 0,27 persen.

"Deflasi terjadi karena penurunan harga bumbu-bumbuan serta daging ayam ras dan telur ayam ras," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (1/10).

BPS mencatat harga cabai merah mengalami penurunan cukup tajam dalam periode ini dengan memberikan andil terhadap deflasi sebesar 0,19 persen.

Baca juga: BPS: Penurunan harga bahan makanan picu deflasi September 2019

Selain itu, harga bawang merah juga mengalami penurunan dengan memberikan andil 0,07 persen disusul daging ayam ras 0,05 persen, cabai rawit 0,03 persen dan telur ayam ras 0,02 persen.

Dengan demikian, kelompok bahan makanan secara keseluruhan memberikan sumbangan terhadap deflasi sebesar 1,97 persen.

Untuk kelompok transportasi yakni tarif angkutan udara, lanjut dia, menyumbang deflasi 0,01 persen, karena permintaan menurun dan kebijakan penurunan harga tiket pada waktu tertentu.

Namun, kelompok pengeluaran lainnya masih menyumbang inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok sandang 0,72 persen karena kenaikan harga emas perhiasan.

Kelompok lainnya yang mengalami inflasi adalah kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,47 persen, kelompok kesehatan 0,32 persen dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,28 persen.

Selain itu, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar ikut memberikan andil inflasi 0,09 persen dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,01 persen.

Dengan pencapaian pada September 2019, maka inflasi tahun kalender Januari-September tercatat 2,2 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun 3,39 persen

Baca juga: BPS katakan inflasi terjaga dapat dorong daya beli masyarakat


 

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019