Pemanfaatan limbah whey mozarella tersebut dilakukan di industri pembuatan keju mozarella Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh Merjosari, Kota Malang.
Whey adalah sejenis cairan berwarna semi-transparan dalam jumlah yang besar. Karena sebagian besar produksi keju di dunia umumnya menghasilkan whey.
Salah satu peserta Program TFI-SCALE dan LeX dari UMM, Muhammad Oddy Nurfiansyah di Malang, Kamis, mengatakan setidaknya 50 persen dari total whey yang diolah menjadi produk makanan serta minuman, sementara 50 lainnya terbuang menjadi limbah.
"Dengan mengusung konsep Sustainable Development Goals (SDG) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, dalam kolaborasi ini mereka membuat produk yang berkelanjutan dan ramah lingkungan," ucap Oddy.
Menurut Oddy, tujuan pemanfaatan limbah whey tersebut untuk memenuhi rumusan kebutuhan, yaitu mengurangi produksi limbah untuk meningkatkan laba. Dengan mendukung rumusan kebutuhan tersebut, akhirnya muncul ide untuk memanfaatkan whey menjadi biogas.
"Saya rasa proyek ini merupakan sesuatu yang unik karena ada banyak hal yang tidak kita dapat di sana (Singapura) bisa kita temui di sini (Indonesia)," ujar Muhammad Iqbar Bin Hisyam selaku Student Coordinator dari Singapore Polytechnic.
Sebelumnya, mahasiswa peserta TFI-SCALE dan LeX itu selama tiga pekan belajar tentang Sustainable Development Goals (SDG) dan Design Thinking di Singapura.
Dilanjutkan dengan dua pekan di Indonesia dan observasi ke beberapa Usaha Kecil Menengah (UKM) di Malang. Salah satunya pemanfaatan limbah whey mozzarella di Ponpes Bahrul Maghfiroh agar punya nilai manfaat lebih besar.
Dalam beberapa tahun terakhir ini mahasiswa UMM dan Politeknik Singapura sering melakukan kerja bareng (kolaborasi) dalam membantu pengembangan inovasi produk maupun peralatan bagi usaha kecil menengah (UKM) di sejumlah wilayah, khususnya di Malang Raya.
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Politeknik Singapura (SP) kembali melakukan kolaborasi mengadakan proyek inovasi sosial, Learning Express (LeX), selama 12 hari untuk membantu mengembangkan usaha kecil menengah (UKM).
Program inovasi sosial ini sekilas serupa dengan program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Bedanya, para peserta tidak sekadar melakukan pengabdian pada umumnya, melainkan menggunakan acuan baku untuk menyelesaikan permasalahan dimana mereka ditempatkan.
Modul yang menjadi acuan di antaranya adalah desain thinking dan diadaptasi dari booklet Universitas Stanford dan Massachusetts Institute of Technology (MIT) di AS. Ada 5 langkah yang menjadi acuan yang dimasukkan ke dalam modul, yakni sense and sensibility, empathy study, define, ideation, prototyping dan co-creation.
Modul ini untuk mengidentifikasi pelaku usaha, apakah ada masalah, baik di bidang marketing, alat atau bidang prosesing. Dari situ nanti bakal ada output-nya pada acara penutupan.
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019