Perusahaan Gas Negara (PGN) membangun fasilitas Pressure Reducing Stasiun (PRS) untuk menyalurkan gas distribusi sementara, menyusul lonjakan permintaan gas di kota Semarang,pelanggan rumah tangga di awal sebetulnya ada 150 tapi berkurang karena kena pembangunan jalan tol
Sales Area Head PGN Semarang Heri Frastiono di Semarang, Jumat mengatakan Kota Semarang dan sekitarnya belum memiliki jaringan pipa gas secara memadai untuk memenuhi kebutuhan.
Baca juga: Pipa gas Gresik-Semarang ditargetkan selesai Maret 2020
Oleh karena itu, inovasi Stasiun Penurunan Tekanan (PRS) Tambak Aji, dibangun untuk terminal penyaluran langsung kepada konsumen.
Fasilitas PRS menyalurkan CNG atau gas alam yang sudah diatur tekanannya untuk dihantarkan kepada pelanggan rumah tangga (RT) dan industri. Namun sumber utama gas masih dibawa dengan truk dari sumber gas alam terdekat, belum melalui pipa jaringan.
"PRS Tambak Aji telah melayani 97 pelanggan rumah tangga dan 13 pelanggan industri. Untuk pelanggan rumah tangga di awal sebetulnya ada 150 tapi berkurang karena kena pembangunan jalan tol," kata Heri.
Ia menjelaskan untuk harga gas bagi pelanggan rumah tangga untuk kategori RT 1 sebesar Rp3.333 per meter kubik. Kelompok RT 1 adalah kelompok rumah tangga pengguna listrik 1.300 VA.
Baca juga: PGN sudah temui Bappenas bahas rancangan sistem pipa gas ibu kota baru
"Sementara untuk kelompok RT 2 tarifnya Rp4.000 per meter kubik," tambahnya..
Sementara itu, untuk pelanggan industri terbagi menjadi beberapa kelompok dikategorikan kelas bronze. Untuk bronze 1 dihargai Rp6.300 per meter kubik. Sementara untuk kelompok bronze 2 ke atas dihargai 14,8 dolar AS per MMBTU.
Gas bumi yang dipasok PGN untuk sektor industri dan rumah tangga di wilayah Semarang, dikonsumsi sekitar 220.000-250.000 meter kubik per bulan.
Pemakaian rata-rata gas bumi untuk sektor rumah tangga di tahun 2019 sebesar 22.000 meter kubik per bulan, yang mengalami kenaikan 37 persen dibandingkan dengan tahun 2018.
Baca juga: CNG bantu masyarakat dapatkan aliran gas PGN
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019