"Dengan harga timah dunia saat ini, produsen tidak perlu jor-joran untuk ekspor timah," kata Sekertaris Jenderal Asosiasi Eksportir Timah Indonesia, Jabin Sufianto di Pangkalpinang, Jumat.
Ia mengatakan dengan adanya pengurangan produksi dan ekspor timah ini, tentu akan memberikan dampak bagi harga timah, karena Indonesia sebagai produsen timah dunia juga harus menjalankan strategi terhadap permintaan timah dunia.
Baca juga: PT Timah kurangi ekspor 2.500 ton per bulan
"Semua ini tergantung supply dan demand, kalau demand lagi jelek, ya tidak usah jualan dulu. Toh timah kan bisa disimpan dalam waktu ratusan tahun," ujarnya.
Ia menilai kebijakan PT Timah mengurangi produksi dan ekspor sudah tepat dan tentu memberikan dampak pada harga timah, mengingat peran Indonesia yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan timah di pasar global.
"Harga timah di bursa berjangka hingga penghujung September 2019 belum menguntungkan produsen hanya berkisar 16.300 dolar Amerika Serikat per metrik ton, nilai ini tidak jauh berbeda awal bulan sebelumnya," katanya.
Baca juga: PT Timah tahan produksi dan penjualan timah
Direktur Utama PT Timah Tbk, Mochtar Riza Pahlevi menilai harga timah di pasar dunia belum menguntungkan produsen timah, sehingga perusahaan mengambil langkah untuk mengurangi produksi dan ekspor.
"Industri pertimahan Indonesia sudah comply terhadap segala regulasi dan standar yang diberlakukan, sehingga sudah sangat layak untuk mendapatkan apresiasi dari market tentu dengan harga yang baik," ujarnya.
Menurut dia meski sempat meroket pada Februari 2019, namun harga timah sempat turun drastis pada Juli tahun ini. Loyonya harga timah ini turut dipengaruhi trade ware China dan Amerika, padahal timah banyak digunakan dalam industri baterai, elektronik, campuran baja, dan kemasan produk.
"Sebagai perusahaan tambang milik negara, posisi PT Timah cukup baik, baik dari regulasi di penambangan, perdagangan, hingga standarisasi dunia seperti SDG’s yang kemudian hal ini didukung penuh oleh pemerintah," katanya.
Pewarta: Aprionis
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019