Lebih 400 orang berkumpul pada Jumat malam (4/10) dan berusaha memeluk pohon-pohon, yang terletak di daerah pinggiran Aarey Colony, dalam usaha menghentikan para petugas menebang pohon-pohon. Polisi akhirnya memaksa para pemerotes dari lokasi dan menutup jalan masuk guna mencegah arus orang masuk lagi, kata para pegiat.
"Mereka telah didakwa merintangi kegiatan seorang pegawai pemerintah dalam melaksanakan tugasnya dan berkumpul tanpa izin. Sekitar 200 personel kepolisian dikerahkan ke lokasi," kata Pranaya Ashok, seorang juru bicara Kepolisian Mumbai, kepada Reuters.
Pada Jumat Pengadilan Tinggi Bombay telah menolak semua petisi yang menentang penebangan pohon-pohon, memuluskan jalan bagi pihak berwenang membangun sebuah tempat parkir bagi kereta guna mengurangi kemacetan lalulintas di salah satu kota paling terpadat penduduknya di dunia itu.
Ashwini Bhide, salah seorang pejabat MMRCL, menuding para pemerotes berusaha melanggar hukum.
"Jika Anda kalah di pengadilan, lebih baik menerima dengan rasa hormat daripada turun ke jalan," kata Bhide dalam cuitannya.
MMRCL mengatakan pada masa lalu tak ada lokasi yang cocok untuk tempat parkir kereta, dan pihak berwenang menekankan bahwa Lajur 3, yang dimulai dibuka pada Desember 2021, akan mengurangi polusi di Mumbai daripada keberadaan sejumlah pohon.
Yash Marwah, anggota Aarey Conservation Group, mengatakan mereka yang menentang penebangan pohon mempertimbangkan akan mengambil langkah hukum lain. Kelompok tersebut berada di barisan depan dalam aksi unjuk rasa.
Para pecinta lingkungan hidup, politisi, bintang Bollywood dan pemimpin bisnis telah menentang penebangan pohon di salah satu ruang hijau terakhir di kota itu, mengatakan menghancurkan pelindung hijau dapat menimbulkan polusi.
Sumber: Reuters
Baca juga: 30 orang tewas akibat hujan deras di India, ibu kota finansial lumpuh
Baca juga: Empat orang tewas, 16 cedera akibat kebarakan gedung di Mumbai
Pewarta: Mohamad Anthoni
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2019