Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ende mengalokasikan dana sekitar Rp2 miliar untuk membenahi Taman Renungan Bung Karno di wilayah yang berada di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).Lokasi ini merupakan saksi sejarah yang penting bagi bangsa Indonesia...
"Tahun ini kami rehabilisasi lagi Taman Renungan Bung Karno dengan dana sekitar Rp2 miliar untuk memperbaiki beberapa fasilitas pendukung," kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Ende, Hiparkus Hepi kepada Antara ketika dihubungi dari Kupang, Senin.
Dia mengatakan pembenahan Taman Renungan Bung Karno sedang dikerjakan di lapangan dengan menghadirkan beberapa titik baru untuk mempercantik objek wisata sejarah tersebut.
Dia menyebutkan fasilitas baru yang dibangun di antaranya gedung perpustakaan dan bioskop mini untuk penayangan diorama tentang perjalanan Soekarno selama massa pengasingan di Ende pada 1934-1939.
Selain itu, lanjutnya, lokasi teater serta pembenahan fasilitas pendukung di taman tersebut dengan tetap mempertahankan nilai-nilai historisnya. "Jadi nilai-nilai historisnya tetap dipertahankan sebagai daya tarik utama yang selama ini sudah menarik minat kunjungan banyak orang," tegasnya.
Hiparkus menambahkan Taman Renungan Bung Karno merupakan objek wisata sejarah yang dibuat untuk memperkuat branding Kota Ende sebagai kota lahirnya Pancasila.
Dia menjelaskan di taman tersebut Soekarno mendapat ilham tentang butir-butir nilai Pancasila yang menjadi ideologi bangsa Indonesia hingga saat ini. Perenungan saat itu dilakukan di bawah pohon sukun.
"Lokasi ini merupakan saksi sejarah yang penting bagi bangsa Indonesia karena itu pemerintah ingin memperkuat lagi nilainya dengan pembenahan beberapa fasilitas pendukung," katanya.
Dia menambahkan selain pembenahan Taman Renungan Bung Karno, pemerintah daerah setempat juga memperbaiki Taman Monumen Pancasila di tengah Kota Ende.
"Selanjutnya juga kami akan menata Gunung Meja dengan membangun jalur tracking dan di puncaknya dibuat tulisan besar Ende Kota Pancasila untuk memperkuat ciri khas daerah ini," katanya.
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019