"Lokasi (bangkai gajah) di Jalan Bengkalis Balai Raja, Pinggir," kata pegiat lingkungan dari Rimba Satwa Foundation (RSF), Solfarina, ketika dihubungi dari Pekanbaru, Senin.
Gajah liar Dita tapak kaki kiri bagian depannya terkena jerat sekitar tahun 2014. Pegiat lingkungan dan petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau berulangkali mengobati gajah betina tersebut namun lukanya tidak kunjung sembuh. Kaki gajah itu kemudian menjadi buntung sebagian.
Bekas luka pada kaki gajah tersebut, membuat pegiat lingkungan langsung bisa mengidentifikasi bangkai Dita, yang masih hidup ketika anggota RSF yang sedang melakukan survei melihatnya tiga hari lalu menurut Solfarina.
Pegiat RSF terkejut saat hari ini mengetahui gajah sumatera yang diperkirakan berusia 27 tahun itu sudah mati dan bangkainya berada di kubangan dalam keadaan mulai membusuk.
"Isi perutnya pecah, diperkirakan sudah beberapa hari (mati)," kata Solfarina.
Ia mengatakan penyebab kematian Dita belum bisa dipastikan. Menurut dia, dokter hewan dari BBKSDA Riau dan WWF yang sudah berada di lokasi kemungkinan akan melakukan nekropsi atau bedah bangkai untuk mengetahui penyebab kematian Dita.
Kepala BBKSDA Riau Suharyono menyatakan belum bisa memastikan penyebab kematian gajah Dita. "Kita masih menunggu hasil pemeriksaan tim," katanya.
Ia mengaku prihatin karena insiden tersebut membuat anggota populasi gajah sumatera di alam berkurang.
Solfarina mengatakan, selama ini Dita selalu berada bersama gajah liar lain yang bernama Seruni dan Rimba. Dua gajah lain dalam rombongan kecil itu diperkirakan selamat dan berada di sekitar Hutan Talang yang berada tak jauh dari Balai Raja.
Bangkai Dita ditemukan di area yang merupakan bagian dari Suaka Margasatwa Balai Raja, yang sebagian hutannya sudah beralih fungsi menjadi permukiman warga, kantor pemerintahan, dan kebun kelapa sawit.
Baca juga:
BBKSDA Riau pantau gajah liar yang keluar habitat akibat karhutla
Kerusakan habitat gajah Sumatera picu lonjakan konflik dengan manusia
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019