Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita mendorong negara anggota produsen karet alam dalam The Association of Natural Rubber Producing Countries (ANRPC) untuk bersinergi guna menentukan langkah adaptif dan inklusif bagi pengembangan industri karet secara berkelanjutan.
Hal ini disampaikan Mendag saat membuka Konferensi Tahunan Karet ANRPC ke-12 yang mengangkat tema “Adaptive and Inclusive Path to Sustainable Value Chain” di Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin.
“Di tengah pelambatan ekonomi global, penurunan produksi dan harga karet, penting bagi anggota ANRPC mengambil langkah adaptif dan inklusif untuk mewujudkan rantai nilai industri karet secara berkelanjutan. Produksi karet alam yang berkelanjutan dapat menjamin pasokan komoditas tersebut secara global,” jelas Mendag lewat keterangan resmi diterima di Jakarta, Senin.
Data ANRPC menyebutkan, pada beberapa bulan awal 2019, produksi karet alam menurun; sedangkan tingkat konsumsi dunia meningkat dari tahun ke tahun.
Namun demikian, harga karet alam dunia tidak kunjung terkoreksi ke level yang diharapkan.
Baca juga: Mendag ajak ANRPC wujudkan industri karet berkelanjutan
Menurut Mendag, ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan industri karet yang berkelanjutan, yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial.
Dari aspek ekonomi, pergerakan harga karet tidak lagi banyak dipengaruhi faktor fundamental yang meliputi permintaan dan penawaran. Terbukti saat ini pasokan karet global menurun, tetapi harganya masih tetap rendah.
Penurunan pasokan ini disebabkan antara lain oleh penurunan produksi yang disepakati negara-negara produsen karet (ITRC) dan penyebaran penyakit jamur.
Mendag juga menyampaikan, penyerapan karet alam saat ini masih didominasi industri ban. Sudah seharusnya upaya penyerapan karet alam melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
“Penyerapan karet alam hendaknya tidak hanya melibatkan industri besar, tetapi para pemangku kepentingan dari berbagai level, termasuk industri kecil penopang dan para petani,” kata Mendag.
Sementara itu, dalam konteks lingkungan, karet merupakan tanaman yang ramah lingkungan, mudah ditanam, dan dirawat. Dari segi sosial, karet alam merupakan sumber pemasukan utama bagi jutaan petani yang lahannya mencapai 85 persen dari total lahan perkebunan di seluruh dunia.
Harga komoditas karet yang stabil akan dapat membantu mengurangi kemiskinan dan menciptakan lapangan pekerjaan di daerah-daerah terpencil.
Baca juga: Mendag: seluruh produsen sepakat hentikan pasokan minyak goreng curah
“Kita perlu menempatkan kepentingan petani karet alam ke dalam rantai nilai karet alam untuk mendukung petani meneruskan aktivitas perkebunan mereka. Indonesia sebagai salah satu negara produsen menilai penting rantai nilai karet berkelanjutan dari industri hulu ke hilir yang adaptif dan inklusif, tidak hanya untuk konsumen tetapi juga produsen,” ungkap Mendag.
Untuk mendukung terwujudnya industri karet berkelanjutan, Indonesia telah melakukan berbagai upaya seperti membentuk Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) untuk membantu petani menghasilkan karet alam berkualitas lebih baik, sehingga mendapatkan harga yang lebih baik.
Hingga 2018, sebanyak 323 UPPB Karet telah didirikan di beberapa daerah. Dengan UPPB, rantai pasokan akan semakin efisien.
Pada bidang industri, Pemerintah Indonesia telah mengembangkan industri hilir untuk memaksimalkan konsumsi karet alam dalam negeri.
Industri karet bahkan merupakan salah satu prioritas nasional dalam Rancangan Nasional Pengembangan Industri.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2019