"Sebagai bisnis umum, mesin pembakaran kemungkinan besar tidak akan tumbuh. Sehingga penting untuk mengonsolidasikan dan mencari sinergi. Ini adalah langkah mengubah perusahaan kami ke arah elektrifikasi," kata Kepala Eksekutif Volvo, Hakan Samuelsson kepada Reuters, Senin (7/10).
Samuelsson menjelaskan, saat ini Volvo membuat 600.000 mesin pembakaran, namun jumlahnya berlipat tiga kali hingga 2 juta unit jika digabung dengan aset Geely.
Langkah itu jelas menjadi solusi menaikkan produksi, sekaligus penghematan komponen dan biaya pengembangan, kata Samuelsson.
Setelah lini operasi digabung dengan Geely, maka Volvo akan memiliki sumber daya untuk mengerjakan hal lain, salah satunya adalah mengembangkan mobil mewah bertenaga listrik.
Rencana jangka menengah Volvo, kata dia, akan menurunkan produksi mesin diesel secara keseluruhan demi fokus pada powertrain hybrid dan listrik, yang membutuhkan investasi lebih banyak terkait penerapan injeksi bahan bakar, turbo, dan teknologi rem.
"Pada tingkat komponen, saya melihat penghematan biaya yang cukup besar. Yang paling penting adalah sisi pengembangan. Para insinyur akan mendapatkan sumber daya untuk mengambil langkah selanjutnya dalam mengembangkan hibrida," kata Samuelsson.
Geely membeli Volvo Cars dari Ford Motor Co pada 2010. Akuisisi itu membuahkan berbagai kerja sama antara kedua merek. Volvo memasok mesin ke beberapa kendaraan Geely, berbagi teknologi melalui untuk Geely Lynk.
Baca juga: Proton berambisi menuju pasar global
Baca juga: Geely-Volvo berencana memproduksi Lynk & Co di Belgia dan AS
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019