"Ikan asin jeleknya garam tinggi lalu prosesnya atau penjemuran membuat perubahan dalam sel ikan sehingga memunculkan nitrosamin," ujar Prof. Aru, yang juga menjabat Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dalam acara "Kalbe Academia for Media" di Bogor, Selasa.
Nitrosamine bersifat karsinogenik. Saat seseorang mengonsumsi ikan asin yang mengandung nitrosamin, bersama nasi hangat, maka ia berisiko terkena kanker nasofaring.
"Kalau makan ikan asin bersama nasi panas, nitrosamin terbawa uap ke nasofaring (bagian tenggorokan atas yang terletak di belakang hidung dan di balik langit-langit rongga mulut)," katanya.
Risiko terkena kanker semakin tinggi jika daya tahan tubuh seseorang lemah, ditambah menerapkan diet tak sehat seperti kurang serat dan zat gizi lainnya.
"Kita enggak tahu kadar nitrosamin-nya. Tetapi sekali-sekali saja makannya. Makan ikan asin sama nasi panas, uap terbawa (ke nasofaring)," ujar Prof. Aru.
Seperti dilansir WebMD, kanker nasofaring berhubungan kuat dengan virus Epstein-Barr (EBV), yakni virus dari famili herpes.
Selain konsumsi makanan mengandung garam berlebihan, riwayat keluarga yang pernah mengalami kanker nasofaring serta pernah terinfeksi EBV juga menjadi faktor risiko.
Beberapa gejala yang dihadapi penderita kanker nasofaring, antara lain pandangan buram, kesulitan bicara, infeksi telinga yang kerap muncul kembali, mati rasa di bagian wajah, dan sakit kepala.
Gejala lainnya, kemampuan mendengar berkurang, muncul benjolan di bagian leher atau hidung, mimisan, hidung tersumbat dan sakit di bagian tenggorokan.
Baca juga: Kim Woo-bin menderita kanker
Baca juga: Kabar terbaru gitaris Megadeth Dave Mustaine setelah divonis kanker
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019