• Beranda
  • Berita
  • Benarkah minyak curah tak bergizi? Ini kata ahli gizi

Benarkah minyak curah tak bergizi? Ini kata ahli gizi

8 Oktober 2019 19:42 WIB
Benarkah minyak curah tak bergizi? Ini kata ahli gizi
Pedagang memasukkan minyak goreng curah ke dalam plastik kemasan di Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (8/10/2019). Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita melarang peredaran minyak goreng curah di pasar masyarakat mulai 1 Januari 2020  karena minyak goreng curah wajib menggunakan kemasan yang berstandar. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj.
Pemerintah belum lama ini mengimbau masyarakat tak menggunakan minyak curah demi alasan kesehatan. Tetapi benarkah minyak yang biasanya dijual lebih murah dari minyak bermerek ini tak bergizi?

"Minyak yang dijual dengan merek, produsen sudah menambah dengan fortifikasi misalnya ada tambahan gizi. Minyak curah itu tidak ada tambahan, hanya kelapa sawit," ujar Medical Department Kalbe Farma, dr Dedyanto Henky Saputra, M.Gizi di Bogor, Selasa.

Berbeda halnya jika minyak curah telah dipakai berkali-kali dan disaring hingga warnanya kembali bening. Pada minyak ini kandungan lemaknya menjadi tidak stabil karena telah melalui pemanasan berkali-kali.

"Struktur dari lemak semakin sering dipanaskan, rantainya tidak stabil atau dikenal sebagai minyak trans. Semakin dipanaskan lemak jadi tidak stabil. Kandungan lemak trans tinggi," papar Dedy.

Lemak trans bisa meningkatkan kolesterol jahat atau LDL yang memicu penyakit jantung, salah satu penyebab utama kematian pada pria dan wanita, serta terkait dengan risiko tinggi terhadap diabetes tipe 2.

Lebih lanjut, minyak kelapa sawit memang disarankan untuk proses memasak dengan digoreng karena tidak ada ikatan rangkap.

"Justru minyak yang ada ikatan rangkap tidak boleh untuk menggoreng. Semakin banyak ikatan rangkapnya pada saat dipanaskan akan mudah menjadi lemak trans," kata Dedy.

Baca juga: Pemerintah tidak larang warga gunakan minyak goreng curah
Baca juga: Minyak goreng wajib difortifikasi mulai Januari 2020, ini sanksinya

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2019