Kebakaran yang terjadi pada Minggu (6/10) pagi di kawasan itu juga menghanguskan puluhan rumah di sekitarnya. Beruntung, Chairul bisa menyelamatkan diri.
"Rumah saya yang terakhir kena, karena proses merambatnya jadi letter 'U.' Yang kena pertama kali, tiga rumah dari tempat saya, merembet ke belakang lalu ke depan, kena rumah," ujar pria yang berusia 58 tahun itu.
Drama penyelamatan diri bagi dirinya terasa begitu dramatis. Setelah rumah tetangganya terbakar, 15 menit kemudian api sudah mulai membakar rumahnya.
Tak ada kesempatan bagi Chairul dan keluarganya menyelamatkan harta benda dalam waktu sesingkat itu. Kanopi plastik di rumahnya tampak meleleh, kayu pondasi bangunan yang jatuh akan membahayakan diri.
Sungai selebar kira-kira empat meter dengan debit air sedang, tidak cukup untuk memadamkan api. Pun demikian dengan mobil petugas pemadam kebakaran yang sulit menembus keramaian, karena jalan warga yang sempit.
"Habis sudah dalam lima belas menit, hanya sisa kayu-kayunya saja bangunan warga di sini," ujar Chairul.
Selain rumah Chairul, rumah warga berlokasi di RT 01,02,03 dan 04 di RW 07 Kelurahan Maphar hangus dilalap api.
Angin kencang saat itu juga membawa material panas melewati sungai, yang membatasi rumah warga di RT 012/05 Kelurahan Taman Sari.
Akibatnya, api merambat ke wilayah Kelurahan Taman Sari, dan membuat pemilik belasan warung kelontong mengalami kerugian besar.
Sedikitnya, 74 rumah hangus, dan 200 Kepala Keluarga (KK) kehilangan tempat tinggal. Kerugian akibat kebakaran mencapai Rp8 miliar, menurut data terkini oleh Kelurahan Maphar.
*Bangunan kayu*
Api yang dengan cepat merambat dan membakar puluhan rumah dalam hitungan belasan menit, rupanya disebabkan oleh bangunan warga yang materialnya didominasi kayu-kayu yang sudah tua.
Lurah Maphar Iif Satria menjelaskan cepatnya perambatan api dikarenakan rumah warga yang merupakan bangunan lama yang tidak begitu konkrit, dengan rata-rata petak seluas 2x3 meter.
Selain itu, pemadaman listrik juga tidak bisa dilakukan dengan cepat, sebab api sudah menyambar hampir 70 rumah dalam waktu 15 menit itu.
"Orang mau ngeluarin diri dari rumah juga susah, listrik juga tidak langsung dipadamkan saking cepatnya api menyambar," ujar dia.
Kayu menjadi arang. Arang menjadi abu. Bangunan rumah padat penduduk itu menjadi rapuh dan rentan seketika.
Banyak warga yang kehilangan rumahnya, berdatangan kembali melihat bangunan rumahnya yang tersisa. Setelah itu, satu per satu barang yang bisa mereka simpan, mereka angkut kembali.
Bersih-bersih sisa kebakaran dilakukan oleh petugas gabungan jajaran Pemerintahan Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, melibatkan pasukan TNI-Polri.
"Kami lakukan kerja bakti gabungan melibatkan 300 personel, termasuk TNI Polri," ujar Sekretaris Kelurahan Maphar Aswin di lokasi kebakaran, Selasa (8/10) siang.
Sisa-sisa kebakaran seperti besi pegas, kaca, bekas kayu terbakar nampak diangkut oleh petugas dari PPSU dan Sumber Daya Air (SDA) dari Kelurahan Maphar dan Kecamatan Taman Sari.
Selain itu, jajaran anggota Polri dan TNI juga turut mengangkuti sisa-sisa puing kebakaran ke dalam puluhan karung, kemudian diangkut menggunakan gerobak motor menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Bantuan mengalir
Ratusan warga terdampak kebakaran di Jalan Kebon Jeruk XII, Maphar, Taman Sari Jakarta Barat terpaksa berteduh di lokasi pengungsian. Mereka terus mendapat bantuan, baik dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta maupun donatur.
Kue, makanan, pakaian, selimut, matras, dan sebagainya disalurkan langsung kepada warga terdampak. Begitu pula dengan air bersih dan sanitasi, serta layanan kesehatan berkala, menurut Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kelurahan Maphar, Junaedi.
"Tiga posko bencana, tempat warga sementara ditampung didirikan di RPTRA TK Matahari, Pos RW 07, dan di Jalan Rata, tak jauh dari lokasi rumah terbakar," ujar Junaedi.
Di tiga posko tersebut, penyedia air bersih di wilayah Jakarta Barat PALYJA memberikan masing-masing dua tangki truk air bersih untuk kebutuhan warga, kata dia.
Bantuan lainnya juga datang pihak badan amal swasta, maupun organisasi masyarakat yang langsung membuka posko pelayanan publik, serta penyaluran kebutuhan pokok.
Sementara, kebutuhan bagi anak-anak berstatus pelajar, pakaian seragam serta perlengkapan sekolah, seperti alat tulis dan buku, bertahap dibagikan. Sebab, jumlah pengungsi masih bisa fluktuatif dari beberapa kali pendataan.
"Anak saya tetap datang ke sekolah setelah kebakaran, karena disuruh gurunya. Tapi dia datang pakai baju apa adanya, buku tulis dan buku belajar dikasih dari sekolah," ujar salah satu warga yang tidak mau disebutkan identitasnya.
Musibah itu mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Kota Jakarta Barat. Wakil Wali Kota Jakarta Barat M. Zen datang meninjau dan memberikan bantuan logistik bagi ratusan pengungsi.
Selain meninjau, Zen juga memastikan adanya bantuan berupa ketersediaan air dan WC darurat di sekitar lokasi. Begitu juga dengan bantuan makanan berupa nasi kotak yang diberikan pada pengungsi sehari dua kali.
"Kemudian air bersih kami siapkan, mau mandi mau BAB nggak ada masalah, kemudian makan sehari dua kali siang dan malam kita siap secukupnya," ujar Zen.
Bantuan yang diberikan pun, di antaranya logistik, berupa makanan, perlengkapan tidur, pakaian dan perlengkapan bayi, kebutuhan pribadi wanita hingga seragam sekolah pelajar.
M Zen berharap proses pembersihan lingkungan pascakebakaran bisa selesai dalam waktu sepekan.
"Kami sudah lakukan, bersihkan limbah-limbah ini bertahap, kemungkinan satu minggu ke depan ya (selesai). Kalau memang masih belum tuntas kita tambah nanti," kata Zen.
Baca juga: Kronologis dugaan bocah main korek sebabkan kebakaran di Taman Sari
Baca juga: Petugas gabungan kerja bakti bersihkan sisa kebakaran Taman Sari
Baca juga: Kerugian akibat kebakaran Taman Sari diperkirakan Rp8 miliar
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019